Kamis, 03 November 2016

Selalu Belajar Menuntut Ilmu


Ilmu adalah lentera cahaya penuntun manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya secara benar. Ibarat orang berjalan dalam kegelapan, maka sinar terang itu akan mengarahkan dan memberi petunjuk manusia agar tidak tersesat dan terperosok pada lembah kebinasaan. Ilmu itu seperti “panglima” yang bisa memerintah dan memandu manusia agar berjalan dan bertindak sesuai dengan kaidah kebenaran atau jalan yang lurus. Ilmu juga sering diilustrasikan sebagai sebuah “tongkat” yang menopang pijakan kaki manusia sekaligus penunjuk arah bagi jalannya orang buta. Bisa dibayangkan bagaimana hidup ini tanpa di dasari oleh ilmu, gelap gulita dan tak menentu. Begitulah eksistensi dan kebermanfaatan universal dari ilmu, sangat fundamental dan menentukan!  
            Ilmu akan membimbing manusia mengendalikan dan menguasai sebagian dari perilaku alam. Eksistensi ilmu menjadi karya konkrit bisa disaksikan dengan adanya teknologi, pesawat terbang, telekomunikasi elektronik, kapal laut, listrik, kendaraan, dan lain sebagainya. Semua itu ada karena peran serta ilmu. Para ilmuwan telah berhasil merangkai esensi teori, prinsip, hukum dalam esensi ilmu menjadi sebuah karya konkrit yang bisa dinikmati oleh manusia. Insan manusia di dunia telah mendapatkan dampak dan manfaat signifikan dengan keberadaan ilmu tersebut. Oleh karena itu, ilmu harus terus digali, dipelajari dan dikembangkan agar menjamin dan mengantarkan manusia kepada fungsi utamanya menjadi wakil-Nya di muka bumi untuk berbuat kasih sayang antar sesama manusia dan makhluk alam semesta lainnya.
           Ada pesan yang sangat serius dari Allah Tuan Yang Maha Esa melalui kitab sucinya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan pikiran, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” Dia sebagai satu-satunya pemilik ilmu yang meliputi ilmu pada langit dan bumi ini sudah mewanti-wanti dan memberikan ingatan kepada manusia agar selalu belajar ilmu-Nya sehingga bisa memahami dan mengerjakan sesuatu dengan benar. Setiap diri harus benar-benar memfungsikan telinga, mata dan akal pikirannya untuk mencari, menggali dan menguasai pengetahuan tentang ilmu yang ada pada alam, sehingga dirinya bisa bertanggungjawab atas karunia paling sempurna dari makhluk ciptaan lainnya.
           Secara etimologi, kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui segala sesuatu dengan sebenar-benarnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu bermakna pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode yang ilmiah yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan menerangkan kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Ilmu bersifat mendeskripsikan, mengendalikan dan memprediksikan tentang suatu benda atau peristiwa.  
           Sesuatu dikatakan sebagai ilmu apabila menggenapi minimal empat syarat berikut ini. Pertama Objektif; ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun dari dalam, terlihat ataupun tersirat. Sasaran mengkaji objek adalah kebenaran yaitu persesuaian antara tahu dengan objek atau korespondensi teori dengan bukti, sehingga disebut kebenaran objektif bukan subjektif. Kedua, Metodis; ilmu harus mempunyai cara atau jalan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Ketiga, Sistematis; ilmu harus terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Keempat, Universal; ilmu menghendaki kebenaran universal yang bersifat umum dan berlaku luas tidak terbatas ruang dan waktu.  
           Alam semesta ini penuh dengan ilmu. Secara garis besar, pengetahuan manusia membagi disiplin keilmuan dalam bidang ilmu alam, ilmu sosial dan ilmu terapan. Ilmu alam (natural science) adalah ilmu dengan obyeknya berupa benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dan di mana pun. Cabang utama ilmu alam terdiri atas astronomi, biologi, ekologi, fisika, geologi, geografi, ilmu bumi, kimia. Masing-masing cabang ilmu tersebut juga bercabang kembali ke dalam disiplin ilmu yang lebih spesifik dan mandiri, seperti ilmu biologi bercabang menjadi aerobiologi, astobiologi, mikrobiologi, biologi molekular, biologi sel, botani, ekologi, farmakologi, fisiologi, neurobiologi, zoologi dan lainnya.
        Ilmu sosial adalah (social science) adalah ilmu yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Cabang utama ilmu sosial terdiri dari antropologi, akuntansi, ekonomi, geografi, hukum, linguistik, pendidikan, politik, psikologi, sejarah, dan sosiologi. Masing-masing cabang utama keilmuan ini bercabang lagi kedalam spesifikasi yang lebih detail seperti ilmu psikologi terbagi kedalam neuropsikologi, psikofisika, psikometri, psikologi eksperimen, psikologi forensik, psikologi humanis, psikologi industri dan organisasi, psikologi kepribadian dan lainnya. Contoh lainnya adalah lingusitik yang terbelah menjadi mikrolinguistik dan makrolingusitik. Masing-masing cabang utama ilmu sosial tersebut memiliki cabang dan ranting yang lebih detail dan lebih spesifik.
            Selanjutnya, ilmu terapan adalah penerapan pengetahuan dari satu atau lebih bidang-bidang: matematika, fisika atau ilmu alam, ilmu kimia atau ilmu biologi untuk penyelesaian masalah praktis yang langsung memengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Cabang utama ilmu terapan meliputi arsitektur, bisnis dan industri, hukum, informatika, komunikasi, otomotif, pertanian, teknik, teknologi, transportasi, sosio-teknologi dan lainnya. Masing-masing cabang utama ilmu ini memiliki turunannya seperti ilmu informatika menjadi teknik telekomunikasi, teknologi informasi, teknologi komputasi, teknologi komunikasi, teknologi musik, teknologi visual dan lainnya.
            Itulah postur dan struktur dari ilmu yang ada di alam semesta. Ketegorisasi bidang keilmuan di atas barulah sebatas benda dan peristiwa yang diketahui oleh manusia (ilmu pengetahuan). Masih banyak ilmu yang tersimpan dan menjadi misteri serta membutuhkan eksplorasi agar diketahui di alam jagad raya ini. Ada juga sebuah ilmu dari Tuan Semesta Alam tentang proses penciptaan dan penjadian manusia paripurna sesuai dengan potret diri-Nya. Ilmu ini sering disebut dengan teori firman untuk mencetak kepemimpinan yang dikodefikasikan dalam kitab suci sebagai sumber kebenaran. Disiplin ilmu tersebut sudah selayaknya dimiliki oleh manusia dengan cara mempelajarinya. Satu saja disiplin ilmu ini dikuasai, maka manusia akan memiliki harga diri dan derajat yang tinggi. Apalagi jika ada satu orang mampu menguasai berbagai multi antar disiplin ilmu yang bervariatif ini.  
            Oleh karenanya, sudah semestinya setiap diri sadar dan berusaha untuk hidup mempunyai ilmu yang luas. Langkah seorang manusia untuk mendapatkan ilmu hanyalah dengan mencari ilmu. Siapa yang mengetuk pintu akan dibukakan, siapa yang mengejar akan memperoleh, dan siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya. Manusia sebagai makhluk paling sempurna dengan instrumen penglihatan, pendegaran, akal pikiran beserta panca indera lainnya harus dioptimalkan. Tiga alat utama inilah yang membuat manusia bisa mengamati, mencerna dan merekam berbagai ilmu pengetahuan pada alam.
Selanjutnya, sarana untuk bisa mempelajari ilmu adalah belajar dan belajar. Belajar itu memiliki dimensi yang sangat luas. Belajar bisa dimana saja dan kapan saja. Media pembelajaran adalah alam semesta yang tidak terbatas ini. Jangan terpasung pada doktrin belajar harus disekat oleh dinding dan seragam formal. Ingat, banyak ilmuwan dan tokoh-tokoh besar di dunia mendapatkan ilmu dari bangku informal dan nonformal. Mereka mampu menggali dan mendapatkan esensi ilmu setelah belajar bebas tetapi sistemik berkelanjutan melalui aktivitas membaca fenomena pada alam.  
Membaca, memang menjadi prosedur baku setiap manusia dalam belajar. Istilah membaca mempunyai dua dimensi fisik material maupun dimensi ruh esensial. Manusia mempunyai dua mata yaitu “mata fisik” dan “mata batin”. Mata fisik manusia untuk membaca sesuatu yang bersifat konkrit, melihat benda fisik, dan membaca dengan membunyikan huruf yang tersurat. Sementara itu, mata batin berfungsi untuk membaca sebuah gejala dan peristiwa yang kasat mata dan tersirat pada alam. Mata fisik untuk membaca eksistensi tulisan dan mata batin untuk mempelajari sesuatu yang esensi dibalik tulisan. Melalui dua aktivitas membaca inilah manusia dapat merangkum dan mendapatkan ilmu tentang eksistensi dan esensi hidup dan kehidupan pada alam semesta.      
Dengan belajar, sejatinya manusia sedang mentransformasikan dan mentransmisikan ilmu pada alam semesta ke dalam pikiran manusia, sehingga arsip keilmuan dalam pikiran manusia dapat digunakan kembali untuk memakmurkan alam. Einstein pernah mengatakan bahwa alam raya eksternal adalah alam semesta dan alam raya internal adalah pikiran manusia. Alam semesta memang tidak terbatas, sama halnya dengan potensi pikiran manusia yang sangat luas. Disinilah peluang bagi manusia untuk memindahkan atau mentransfer ilmu alam agar masuk ke dalam dirinya. Dengan demikian, manusia bisa berintegrasi dengan alam, bisa memahami, mengontrol dan memprediksi fenomena atau gejala alam. Mereka sering disebut sebagai ilmuwan yang selalu bersentuhan dengan alam, menduplikasi perilaku alam dan mengkodefikasikannya dalam bahasa pikiran, sehingga dia juga dikatakan orang yang berpengetahuan dan berpengalaman karena sering mengamalkan sesuatu pada alam.    
Itulah hakikat hubungan antar manusia dengan ilmu, dua sisi yang saling bersimbiosis mutualisme. Manusia tanpa ilmu ibarat orang buta, ilmu tanpa manusia ibarat cahaya lilin di bawah kolong meja. Manusia berilmu ibarat mercusuar yang menerangi dan menyejahterakan dunia. Eksistensi ilmu sebagai kebenaran akan memberikan dampak kebermanfaatan (utility), kegunaan (useful) dan kemudahan (workablility) bagi umat manusia. Dengan ilmu tersebut, seorang manusia bisa menjelaskan, mengedalikan dan memprediksikan sesuatu yang ada pada objek ilmu. Sebagai contoh, seorang yang mempunyai ilmu komputer akan mampu menjelaskan apa itu komputer, bisa menjalankan dan mengendalikan komputer, serta dapat memprediksikan apabila terjadi kerusakan beserta solusi perbaikan komputer.
Itulah kehebatan dan keunggulan orang berilmu. Manusia berilmu digambarkan seperti manusia yang bangkit dari alam kubur kegelapan membawa cahaya berjalan di tengah umat manusia. Ia akan menerangi dan menuntun manusia lainnya menuju satu tujuan fitrah penciptaannya, yaitu mengabdi kepada-Nya dengan memakmurkan alam semesta raya. Itulah kenapa setiap insan manusia dituntut belajar ilmu, karena Dia Sang Maha Raja Semesta ingin menjadikan manusia sebagai pengganti-Nya di muka bumi untuk mengelola dan memanajemen segala makhluk yang ada di darat, laut dan udara menurut ilmu Tuan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Esa. Selamat Belajar Menuntut Ilmu.