Ilmu adalah
lentera cahaya penuntun manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya secara
benar. Ibarat orang berjalan dalam kegelapan, maka sinar terang itu akan mengarahkan
dan memberi petunjuk manusia agar tidak tersesat dan terperosok pada lembah
kebinasaan. Ilmu itu seperti “panglima” yang bisa memerintah dan memandu manusia
agar berjalan dan bertindak sesuai dengan kaidah kebenaran atau jalan yang
lurus. Ilmu juga sering diilustrasikan sebagai sebuah “tongkat” yang menopang pijakan
kaki manusia sekaligus penunjuk arah bagi jalannya orang buta. Bisa dibayangkan
bagaimana hidup ini tanpa di dasari oleh ilmu, gelap gulita dan tak menentu. Begitulah
eksistensi dan kebermanfaatan universal dari ilmu, sangat fundamental dan menentukan!
Ilmu
akan membimbing manusia mengendalikan dan menguasai sebagian dari perilaku
alam. Eksistensi ilmu menjadi karya konkrit bisa disaksikan dengan adanya
teknologi, pesawat terbang, telekomunikasi elektronik, kapal laut, listrik,
kendaraan, dan lain sebagainya. Semua itu ada karena peran serta ilmu. Para
ilmuwan telah berhasil merangkai esensi teori, prinsip, hukum dalam esensi ilmu
menjadi sebuah karya konkrit yang bisa dinikmati oleh manusia. Insan manusia di
dunia telah mendapatkan dampak dan manfaat signifikan dengan keberadaan ilmu
tersebut. Oleh karena itu, ilmu harus terus digali, dipelajari dan dikembangkan
agar menjamin dan mengantarkan manusia kepada fungsi utamanya menjadi wakil-Nya
di muka bumi untuk berbuat kasih sayang antar sesama manusia dan makhluk alam
semesta lainnya.
Ada
pesan yang sangat serius dari Allah Tuan Yang Maha Esa melalui kitab sucinya, “Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan ilmu
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan pikiran, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya.” Dia sebagai satu-satunya pemilik ilmu
yang meliputi ilmu pada langit dan bumi ini sudah mewanti-wanti dan memberikan
ingatan kepada manusia agar selalu belajar ilmu-Nya sehingga bisa memahami dan
mengerjakan sesuatu dengan benar. Setiap diri harus benar-benar memfungsikan
telinga, mata dan akal pikirannya untuk mencari, menggali dan menguasai
pengetahuan tentang ilmu yang ada pada alam, sehingga dirinya bisa
bertanggungjawab atas karunia paling sempurna dari makhluk ciptaan lainnya.
Secara
etimologi, kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui segala sesuatu dengan sebenar-benarnya. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu bermakna pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara sistematis menurut metode yang ilmiah yang dapat digunakan
untuk menjelaskan dan menerangkan kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan. Ilmu
bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Ilmu bersifat
mendeskripsikan, mengendalikan dan memprediksikan tentang suatu benda atau
peristiwa.
Sesuatu
dikatakan sebagai ilmu apabila menggenapi minimal empat syarat berikut ini. Pertama
Objektif; ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu
golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun dari dalam,
terlihat ataupun tersirat. Sasaran mengkaji objek adalah kebenaran yaitu persesuaian
antara tahu dengan objek atau korespondensi teori dengan bukti, sehingga
disebut kebenaran objektif bukan subjektif. Kedua, Metodis; ilmu harus
mempunyai cara atau jalan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Ketiga, Sistematis; ilmu harus terumuskan
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem utuh,
menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
objeknya. Keempat, Universal; ilmu menghendaki kebenaran universal yang
bersifat umum dan berlaku luas tidak terbatas ruang dan waktu.
Alam
semesta ini penuh dengan ilmu. Secara garis besar, pengetahuan manusia membagi
disiplin keilmuan dalam bidang ilmu alam, ilmu sosial dan ilmu terapan. Ilmu
alam (natural science)
adalah ilmu dengan obyeknya berupa benda-benda alam dengan hukum-hukum yang
pasti dan umum, berlaku kapan pun dan di mana pun. Cabang utama ilmu alam
terdiri atas astronomi, biologi, ekologi, fisika, geologi, geografi, ilmu bumi,
kimia. Masing-masing cabang ilmu tersebut juga bercabang kembali ke dalam
disiplin ilmu yang lebih spesifik dan mandiri, seperti ilmu biologi bercabang
menjadi aerobiologi, astobiologi, mikrobiologi, biologi molekular, biologi sel,
botani, ekologi, farmakologi, fisiologi, neurobiologi, zoologi dan lainnya.
Ilmu
sosial adalah (social science) adalah ilmu yang mempelajari aspek-aspek
yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Cabang utama ilmu
sosial terdiri dari antropologi, akuntansi, ekonomi, geografi, hukum,
linguistik, pendidikan, politik, psikologi, sejarah, dan sosiologi. Masing-masing
cabang utama keilmuan ini bercabang lagi kedalam spesifikasi yang lebih detail
seperti ilmu psikologi terbagi kedalam neuropsikologi, psikofisika, psikometri,
psikologi eksperimen, psikologi forensik, psikologi humanis, psikologi industri
dan organisasi, psikologi kepribadian dan lainnya. Contoh lainnya adalah
lingusitik yang terbelah menjadi mikrolinguistik dan makrolingusitik.
Masing-masing cabang utama ilmu sosial tersebut memiliki cabang dan ranting
yang lebih detail dan lebih spesifik.
Selanjutnya,
ilmu terapan adalah penerapan pengetahuan dari satu atau lebih bidang-bidang:
matematika, fisika atau ilmu alam, ilmu kimia atau ilmu biologi untuk
penyelesaian masalah praktis yang langsung memengaruhi kehidupan kita
sehari-hari. Cabang utama ilmu terapan meliputi arsitektur, bisnis dan industri,
hukum, informatika, komunikasi, otomotif, pertanian, teknik, teknologi, transportasi,
sosio-teknologi dan lainnya. Masing-masing cabang utama ilmu ini memiliki
turunannya seperti ilmu informatika menjadi teknik telekomunikasi, teknologi
informasi, teknologi komputasi, teknologi komunikasi, teknologi musik, teknologi
visual dan lainnya.
Itulah
postur dan struktur dari ilmu yang ada di alam semesta. Ketegorisasi bidang keilmuan
di atas barulah sebatas benda dan peristiwa yang diketahui oleh manusia (ilmu
pengetahuan). Masih banyak ilmu yang tersimpan dan menjadi misteri serta
membutuhkan eksplorasi agar diketahui di alam jagad raya ini. Ada juga sebuah
ilmu dari Tuan Semesta Alam tentang proses penciptaan dan penjadian manusia
paripurna sesuai dengan potret diri-Nya. Ilmu ini sering disebut dengan teori
firman untuk mencetak kepemimpinan yang dikodefikasikan dalam kitab suci
sebagai sumber kebenaran. Disiplin ilmu tersebut sudah selayaknya dimiliki oleh
manusia dengan cara mempelajarinya. Satu saja disiplin ilmu ini dikuasai, maka
manusia akan memiliki harga diri dan derajat yang tinggi. Apalagi jika ada satu
orang mampu menguasai berbagai multi antar disiplin ilmu yang bervariatif ini.
Oleh
karenanya, sudah semestinya setiap diri sadar dan berusaha untuk hidup
mempunyai ilmu yang luas. Langkah seorang manusia untuk mendapatkan ilmu hanyalah
dengan mencari ilmu. Siapa yang mengetuk pintu akan dibukakan, siapa yang
mengejar akan memperoleh, dan siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya.
Manusia sebagai makhluk paling sempurna dengan instrumen penglihatan,
pendegaran, akal pikiran beserta panca indera lainnya harus dioptimalkan. Tiga
alat utama inilah yang membuat manusia bisa mengamati, mencerna dan merekam
berbagai ilmu pengetahuan pada alam.
Selanjutnya, sarana
untuk bisa mempelajari ilmu adalah belajar dan belajar. Belajar itu memiliki
dimensi yang sangat luas. Belajar bisa dimana saja dan kapan saja. Media
pembelajaran adalah alam semesta yang tidak terbatas ini. Jangan terpasung pada
doktrin belajar harus disekat oleh dinding dan seragam formal. Ingat, banyak
ilmuwan dan tokoh-tokoh besar di dunia mendapatkan ilmu dari bangku informal
dan nonformal. Mereka mampu menggali dan mendapatkan esensi ilmu setelah belajar
bebas tetapi sistemik berkelanjutan melalui aktivitas membaca fenomena pada
alam.
Membaca,
memang menjadi prosedur baku setiap manusia dalam belajar. Istilah membaca
mempunyai dua dimensi fisik material maupun dimensi ruh esensial. Manusia
mempunyai dua mata yaitu “mata fisik” dan “mata batin”. Mata fisik manusia
untuk membaca sesuatu yang bersifat konkrit, melihat benda fisik, dan membaca
dengan membunyikan huruf yang tersurat. Sementara itu, mata batin berfungsi
untuk membaca sebuah gejala dan peristiwa yang kasat mata dan tersirat pada
alam. Mata fisik untuk membaca eksistensi tulisan dan mata batin untuk
mempelajari sesuatu yang esensi dibalik tulisan. Melalui dua aktivitas membaca
inilah manusia dapat merangkum dan mendapatkan ilmu tentang eksistensi dan esensi
hidup dan kehidupan pada alam semesta.
Dengan
belajar, sejatinya manusia sedang mentransformasikan dan mentransmisikan ilmu
pada alam semesta ke dalam pikiran manusia, sehingga arsip keilmuan dalam
pikiran manusia dapat digunakan kembali untuk memakmurkan alam. Einstein pernah
mengatakan bahwa alam raya eksternal adalah alam semesta dan alam raya internal
adalah pikiran manusia. Alam semesta memang tidak terbatas, sama halnya dengan potensi
pikiran manusia yang sangat luas. Disinilah peluang bagi manusia untuk
memindahkan atau mentransfer ilmu alam agar masuk ke dalam dirinya. Dengan
demikian, manusia bisa berintegrasi dengan alam, bisa memahami, mengontrol dan
memprediksi fenomena atau gejala alam. Mereka sering disebut sebagai ilmuwan
yang selalu bersentuhan dengan alam, menduplikasi perilaku alam dan mengkodefikasikannya
dalam bahasa pikiran, sehingga dia juga dikatakan orang yang berpengetahuan dan
berpengalaman karena sering mengamalkan sesuatu pada alam.
Itulah hakikat
hubungan antar manusia dengan ilmu, dua sisi yang saling bersimbiosis
mutualisme. Manusia tanpa ilmu ibarat orang buta, ilmu tanpa manusia ibarat
cahaya lilin di bawah kolong meja. Manusia berilmu ibarat mercusuar yang
menerangi dan menyejahterakan dunia. Eksistensi ilmu sebagai kebenaran akan memberikan
dampak kebermanfaatan (utility), kegunaan (useful) dan kemudahan
(workablility) bagi umat manusia. Dengan ilmu tersebut, seorang manusia bisa
menjelaskan, mengedalikan dan memprediksikan sesuatu yang ada pada objek ilmu.
Sebagai contoh, seorang yang mempunyai ilmu komputer akan mampu menjelaskan apa
itu komputer, bisa menjalankan dan mengendalikan komputer, serta dapat
memprediksikan apabila terjadi kerusakan beserta solusi perbaikan komputer.
Itulah
kehebatan dan keunggulan orang berilmu. Manusia berilmu digambarkan seperti
manusia yang bangkit dari alam kubur kegelapan membawa cahaya berjalan di
tengah umat manusia. Ia akan menerangi dan menuntun manusia lainnya menuju satu
tujuan fitrah penciptaannya, yaitu mengabdi kepada-Nya dengan memakmurkan alam
semesta raya. Itulah kenapa setiap insan manusia dituntut belajar ilmu, karena
Dia Sang Maha Raja Semesta ingin menjadikan manusia sebagai pengganti-Nya di
muka bumi untuk mengelola dan memanajemen segala makhluk yang ada di darat,
laut dan udara menurut ilmu Tuan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Esa. Selamat
Belajar Menuntut Ilmu.
Puji Tuhan atas pencerahannya
BalasHapusKing Casino Login | All your games online and - Community Khabar
BalasHapusLogin King Casino, Play, and 출장안마 Win! Login communitykhabar King Casino, Play. Login 토토사이트 King Casino, Play. Login King septcasino Casino, Play. Login King Casino, Play. Login King Casino, Play. Login https://access777.com/ King Casino,