Refleksi dan
Kontemplasi 32 Tahun-ku
Segala Puji bagi Allah, Raja dan Tuan dari
alam semesta yang telah memberikan hidup dan kehidupan bagi seluruh makhluk-Nya
di seantero jagad raya. Aku bersyukur kepada Dia karena telah mencipta dan
membesarkanku melalui perantaraan kedua orang tuaku. Aku memuja kebesaran diri-Mu
yang telah merubah genetik sperma dan ovarium tak berbentuk kala itu hingga
kini telah menjadi makhluk berbentuk lain seperti diriku, makhluk manusia
dengan segala kelengkapan instrumen di dalam diri, dengan segala kelebihan dan
kekurangan.
Kini aku menginjak usia 32 tahun semenjak
kelahiranku saat itu, hari Jumat tanggal 20 September 1985. Aku telah diberikan
nikmat hidup oleh-Mu tidak kurang dari 32 tahun atau 11.520 hari; 276.480 jam;
16.588.800 menit; 995.328.000 detik. Selama
jutaan detik itulah aku dapat bernafas dengan udara yang dikaruniakan oleh
Allah tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun. Air dan makanan yang dianugerahkan
oleh-Nya tidak cukup kata-kata aku dapat bersyukur kepadanya. Pelayanan kasih
dan sayang-Nya benar-benar aku rasakan hingga kini, sehingga tidak ada kata
lain selain aku akan tetap berusaha memuji diri-Mu, “alhamdulillahi rabbil alamin”, segala puji bagi Allah rabb sekalian
alam.
Rahman dan Rahim-Mu sungguh tiada tara. Pada
hari ini aku juga telah mendapatkan petunjuk universal “jalan yang lurus” yang
selalu diminta-minta oleh mayoritas manusia dan bangsa-bangsa. Lagi-lagi kasih
karunia-Mu telah membuka pintu gerbang pemikiranku untuk sanggup tunduk dan
patuh kepada Jalan Kebenaran yang menjadi tradisi sunatullah sepanjang masa.
Sebuah jalan mendaki lagi sukar tetapi mudah bagi orang-orang yang konsisten
terhadapnya. Jalan fitrah yang mengajak manusia berangkat dari keterpurukan
kepada keteraturan, kebodohan kepada kepandaian, gelap kepada terang, jahiliyah
kepada madinah, kalabendu kepada kalasuba, dan dari chaos to cosmos.
Kini menjadi tugas dan pengabdianku
sebagai hamba-Nya untuk mencari ridha-Nya. Dia telah memberikan segala
kebutuhan dari ketiadaanku hingga keberadaanku seperti hari ini. Aku wajib
berbakti dan memberikan bukti kesetiaan kepada pencipta diri-Ku yang menjadi
satu-satunya Tuan bagi diriku. Tidak ada tuan-tuan lain selain Tuan Semesta
Alam yang mencipta diriku. Aku harus berjuang dan berusaha untuk bisa mewujudkan
tujuan Dia menciptaku. Allah mencipta manusia dengan tujuan tertentu. Dia tidak
mencipta secara sia-sia terhadap seluruh makhluk yang didesign oleh-Nya.
Dia mencipta manusia agar menjadi potret
diri-Nya. Manusia harus menjadi wakil-Nya atau khalifah-Nya di muka bumi. Tentu
saja, teori atau dalil ini mengikat diriku sebagai salah satu dari milyaran
manusia yang diciptakan oleh-Nya. Aku harus mampu berakhlak seperti akhlak Dia
dalam kapasitas sebagai manusia. Jika Allah Tuan Semesta Alam Maha Pengasih dan
Penyayang, maka diriku juga harus mempunyai sifat kasih dan sayang. Aku harus
bisa berbuat kasih dan sayang kepada makhluk lain sebagaimana Allah telah
berbuat kasih dan sayang kepada makhluk-Nya. “Bismillah ar rahman ar rahim” harus terus terpatri dan menjadi
karakter dalam diriku sehingga akan dianggap layak dan patut menjadi wakil-Nya
di muka bumi.
Konsepsi dan teorema di atas selalu
menjadi bahan kontemplasi dan renungan bagiku. Selalu muncul pertanyaan untuk dapat
mengukur seberapa besar diriku ini bermanfaat bagi makhluk lain. Kini di hari
yang sudah menembus hari ke-11.520 + 1 beberapa pertanyaan ini harus terus aku
refleksikan agar bisa bertanggung jawab kepada penciptaku. Adapun pertanyaan
itu ada di sini;
Seberapa besar diriku bermanfaat bagi
Penciptaku?
Seberapa besar diriku bermanfaat bagi
diriku?
Seberapa besar diriku bermanfaat buat
orang tuaku?
Seberapa besar diriku bermanfaat bagi
komunitasku?
Seberapa besar diriku bermanfaat bagi
bangsaku?
Seberapa besar diriku berguna bagi alam
semestaku?
Pertanyaan akan nilai kegunaan diri kepada
diri dan lingkungan lainnya di atas harus terus dijawab dan diukur sepanjang
waktu untuk bisa memastikan daya kebermanfaatan diri kepada makhluk yang lain. Derajat
nilai ini dapat dilihat atau diamati dari karya cipta dan perilaku diri yang
diberikan kepada makhluk lain. Semakin bisa memberikan kasih dan sayang, dalam
bentuk material maupun inmaterial, maka tentu saja derajat kegunaan semakin
meningkat. Daya kebermanfaatan seseorang identik dengan banyaknya perjuangan
dan atau pengorbanan dirinya untuk berbuat kasih dan sayang kepada makhluk yang
lainnya.
Semoga dengan evaluasi dan refleksi nilai
kegunaan diri ini akan menjadi proyeksi dalam rangka mewujudkan cita-cita ideal
sebagai manusia paripurna sesuai kehendak-Nya. Dia mencipta alam semesta untuk
memberikan nilai kegunaan dan kebermanfaatan kepada manusia. Tuan Semesta Alam
telah melayani manusia dengan makhluk alam lainnya. Oleh karena itu, manusia
sebagai bagian dari alam harus mampu berbuat dan bertindak sebagaimana makhluk
alam seperti flora dan fauna yang hidupnya diperuntukkan untuk kepentingan
manusia.
Akhir kata, dalam masa-masa kehidupanku ke
depan ini, maka aku akan tetap berusaha menjadi manusia yang bermanfaat bagi
makhluk lainnya. Aku ingin menjadi seperti salah seorang manusia yang diutus
oleh-Nya untuk menjadi rahmat bagi alam semesta “rahmatan lil alamin”. Aku adalah manusia yang mempunyai banyak
keterbatasan, sehingga aku akan berdoa meminta pertolongan kepada-Nya. Aku akan
bersabar dan bertawakal terhadap menapaktilasi “Jalan Kebenaran” ini sampai
usiaku habis ditelan oleh waktu. Aku akan konsisten terhadap komitmen yang
telah kuikrarkan kepada pencipta diri-Ku. Semoga Dia melindungi dan menolong sepanjang hidup diriku.
Best.
BalasHapus