Eksistensi dan Esensi Kitab-Kitab Allah
Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban untuk memahami
ajaran yang ditinggalkan oleh generasi sebelumnya. Tujuan pokok dari pelajaran artefak
yang diwariskan itu agar komunitas manusia mampu menciptakan regenerasi
ideologi dan iman yang universal sebagaimana keyakinan yang dianut oleh orang-orang
yang hidup sebelumnya. Upaya untuk mengikat dan menyambungkan lintas generasi
ini diabadikan dalam rangkaian tulisan firman Allah di dalam mushaf kitab-kitab
suci-Nya. Kitab suci atau buku teori tentang kebenaran Allah inilah yang harus
menjadi pelajaran bagi manusia agar bisa menjalani hidup dan kehidupan dengan
benar dan memberikan kebermanfaatan universal bagi makhluk lainnya.
Eksistensi kitab suci merupakan kumpulan nilai-nilai esensial yang
menjadi pegangan dan sumber hidup orang-orang yang mendapatkan petunjuk Jalan
Kebenaran. Melalui kitab suci inilah setiap insan manusia mampu mendownload
kisah dan pengalaman para pejuang Allah dalam menjalani kehidupannya. Pribadi
manusia yang tidak hidup berlandaskan petunjuk kitab suci, maka dirinya akan
tersesat tidak sampai kepada tujuan penciptaannya. Bahkan begitu pentingnya menggali
dan mengimani kitab-kitab suci ini, Sang Pencipta mewajibkan manusia untuk menjalankannya
sebagaimana firman Allah berikut ini.
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab
yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu
telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa (4): 136)
Salah
satu bentuk iman kepada Sang Pencipta adalah iman kepada kitab yang Allah
turunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Di dunia ini
ada kesinambungan mushaf yang menjadi kitab suci bersifat universal yakni
Al-Quran yang diturunkan kepada Muhammad Rasulullah, kitab Injil kepada Isa Al
Masih atau Yesus, dan kitab Taurat kepada Nabi Musa. Tentu saja masih banyak
kitab-kitab suci lainnya yang pernah Dia ajarkan kepada manusia sebelum
hadirnya tiga kitab suci yang terdekat pada zaman ini. Kitab-kitab suci ini
pernah diinstalasikan kepada umat maupun bangsa dimana Allah mengutus Rasulnya
baik di Mekah, Yerusalem maupun di Mesir pada zamannya masing-masing. Tentu
saja bahasanya juga berbeda sesuai dengan kultur budaya dimana Muhammad, Yesus
dan Musa diutus.
Allah
mempunyai tujuan kenapa Dia memerintahkan kepada manusia hari ini untuk
memahami dan mengimani kitab Taurat, Injil dan Al-Quran, yang notabene
diturunkan kepada Rasul yang berbeda, bangsa yang lain, dan bahasa yang tidak
serumpun. Allah tentu saja ingin menampilkan sesuatu yang esensial dan
universal dari masing-masing kitab suci tersebut, karena pada dasarnya ketiga
kitab suci itu berasal dari-Nya, dan bersumber dari para Rasul yang diutus oleh
Dia juga. Tentu saja ada nilai-nilai universal yang mengikat dan mempersatukan
ketiga kitab suci tersebut, terlepas di dalamnya ada juga muatan-muatan yang
melenceng sehingga harus diuji dan dikroscek validitas kebenarannya. Tidak
mungkin ada pertentangan nilai dan ajaran dari masing-masing kitab suci, karena
jika ada perbedaan pasti Allah tidak akan menyuruh manusia untuk menegakkan dan
mengimplementasikannya pada kehidupan umat manusia. Bahkan Allah sendiri
menganggap manusia tidak tunduk patuh kepada-Nya apabila tidak menegakkan
hukum-hukum yang ada di Taurat, Injil dan Al-Quran, sebagaimana firman-Nya
berikut ini.
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang berdin
sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur'an
yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan
dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir
itu. (QS. Al-Maidah (5): 68)
Kitab Suci Injil Sebagai Terang Allah
Semua
kitab suci mempunyai fungsi sebagai penerang dan penunjuk jalan kehidupan. Ia
bagaikan lentera yang menyinari kegelapan sehingga dapat memberikan arah dan
pandangan bagi manusia yang sedang berjalan. Begitu juga dengan Injil, ia
adalah kitab suci yang mengisahkan tentang cara dan jalan hidup Yesus dalam
menegakkan hukum Allah di Yerusalem. Sebagai generasi Abraham, tentu saja visi
atau warta utama adalah datangnya Kerajaan Allah dan meminta manusia agar
segera bertobat karena keberdosaannya, sebagaimana misi risalah yang
diperjuangkan oleh anak-anak Abraham pada zaman sebelumnya. Yesus membawa kabar
gembira dengan datangnya masa-masa pengampunan dan hadirnya kembali hukum Allah
sebagai panglima di muka bumi.
Istilah
"Injil" berasal dari bahasa Arab إنجيل ʾInǧīl, yang diturunkan dari bahasa Yunani ευαγγέλιον (euangelion)
yang berarti "Kabar Baik" atau "Berita Kesukaan". Injil
dalam bahasa Inggris disebut Gospel, dari bahasa Inggris Kuno gōd-spell yang
berarti "kabar baik".Injil adalah istilah yang digunakan untuk
menyebut keempat kitab pertama dalam Alkitab Perjanjian Baru yakni Injil
Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes. Pengkabaran utama seorang
Yesus adalah memberitakan kabar gembira atau Injil sebagaimanya dinyatakan
dalam Matius 24: 14, "Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh
dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba
kesudahannya".
Selain
dari nilai-nilai pengkabaran akan datangnya Kerajaan Allah, di dalam Injil
sendiri memuat hukum-hukum dasar yang bersifat universal. Yesus berjuang untuk
menegakkan hukum Allah untuk memutuskan perkara bagi umat manusia. Dasar atau
landasan penerapan hukum Allah adalah hukum kasih, “Cintailah Allah segenap
akal budimu dan cintailah manusia sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri”.
Misi pokok menegakkan hukum atau sistem kehidupan yang benar inilah yang
diperjuangkan oleh Yesus dan komunitasnya di Yerusalem. Perintah bagi para
pengikut Injil agar memutuskan perkara berdasarkan hukum yang diturunkan Allah
juga dinyatakan dalam ayat Al-Quran berikut ini.
Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa
putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah
memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya
(yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat.
Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. Dan
hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Maidah (5): 46-47).
Anatomi Injil Matius
Kata
"Injil" sendiri dalam Alkitab Terjemahan Baru muncul 124 kali yakni 23
kali di keempat Injil, 17 kali di Kisah Para Rasul, 78 kali di Surat-Surat
Paulus, 5 kali di Surat-Surat Lain, dan 1 kali di Kitab Wahyu. Kata Injil telah disebutkan sebanyak 12 kali dalam Quran.
Dengan adanya penyebutan Injil di dalam Al-Quran ini mengindikasikan adanya
hubungan dan keterkaitan subtansi nilai dari diantara kitab suci tersebut.
Secara tematik, Injil Matius membaginya dalam beberapa kelompok
tulisan tulisan yang cukup sistematis dalam menyajikan kisah perjalanan semsa
berjuang bersama Yesus. Matius menuliskan hal-hal terkait silsilah dan
kelahiran Yesus, pembaptisan dan pelayanan, Kotbah di bukit, penyembuhan dan
mukjizat yang bermakna simbolik, instruksi kepada para murid Yesus, respon
Yesus, perumpamaan Yesus, kehidupan dalam komunitas surga, Yesus di Yerusalem,
kotbah tentang akhir zaman, dan Yesus dihakimi, disalib dan dibangkitkan
kembali. Tema-tema pokok tersebut dijabarkan dalam sub tema dan didetailkan
dalam penomoran surat di dalam Injil Matius.
Adapun isi pokok dari Injil Matius adalah menerangkan dan
menuliskan kisah tentang pemberitaan tentang aktivitas penyelamatan Allah dengan mengutus Yesus
dari Nazaret dan berita yang disampaikan olehnya, meyakinkan bahwa Yesus adalah
anak Allah yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama dan dinanti-nantikan
kehadirannya, menunjukkan bahwa Kerajaan Allah merupakan kabar gembira dan hal
utama yang diperjuangkan oleh Yesus di Yerusalem. Muatan pokok yang bernilai
universal dalam kisah-kisah Matius adalah upaya pengkabaran Yesus kepada
seluruh negeri agar manusia bertobat dan meninggalkan tuan-tuan lain kecuali
Allah serta memperjuangkan terwujudnya Kerajaan Allah di muka bumi, sebagaimana
doa Yesus dalam Matius 6: 9-10 berikut ini. “Karena itu berdoalah demikian:
Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah
kehendak-Mu di bumi seperti di sorga”
Gaya
Bahasa Injil Matius
Injil Matius menuangkan dan
menuliskan kisah perjalanan Yesus dengan cara yang sistematis dan indah. Gaya
bahasa disampaikan secara vulgar dan samar-samar. Ada beberapa tema dan pasal
di dalam Injil Matius yang dinyatakan secara terang-terangan dalam bahasa
denotatif yang jelas. Namun ada juga pasal-pasal di dalam Injil Matius yang
dituliskan dalam bahasa perumpamaan. Bahkan Yesus sangat sering menggunakan
bahasa hiperbola atau simbol untuk menyampaikan sesuatu kepada murid-muridnya.
Berikut adalah contoh penggunaan bahasa perumpamaan Yesus dalam mengajarkan
ilmu Allah kepada murid-muridnya, sebagaiman dinyatakan dalam Matius 13: 3-13.
Dan Ia
mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah
seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu
jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian
jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu
pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit,
layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di
tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali
lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar!" Maka datanglah murid-murid-Nya dan
bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam
perumpamaan?" Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui
rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang
mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang
tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah
sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun
melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar
dan tidak mengerti.
Itulah gaya bahasa perumpamaan Yesus
sebagai suatu strategi penyampaian pesan kepada murid-muridnya sehingga tidak
diketahui oleh musuhnya. Bahasa simbol atau perumpamaan tersebut harus
ditafsirkan dan dijelaskan maksud dan tujuannya. Ayat Matius tersebut bukanlah
bermakna sesungguhnya tetapi suatu kiasan yang memiliki makna lain dalam hal
membangun iman seorang manusia. Arti sesungguhnya dari bahasa perumpamaan
diatas dinyatakan dalam Injil Matius 13 : 18-23 berikut ini.
Karena
itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar
firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan
merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di
pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang
yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia
tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau
penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di
tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia
ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang
ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan
mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam
puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Selain dari bahasa perumpamaan,
bahasa Injil Matius sangat lugas dan jelas apabila berbicara masalah hukum. Bahasa
hukum tidak boleh ambigu dan multi tafsir sehingga harus dituliskan dalam
bahasa konkrit sebagaimana dinyatakan dalam Injil Matius 5: 17-19 berikut ini.
Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini,
satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum
Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang
lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga;
tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum
Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Kesimpulannya, bahwa apa yang
tertuang di dalam Injil Matius cukup berkorelasi dengan nilai-nilai firman yang
ada di dalam kitab suci lainnnya. Hal-hal pokok terkait misi risalah kebenaran
dan upaya menegakkan hukum Allah sangat identik dan sebangun dengan visi misi din
al-Islam yang diperjuangkan oleh Rasul setelahnya yakni Muhammad Rasulullah,
maupun rasul sebelumnya yaitu Nabi Musa. Nilai, ajaran dan hukum-hukum universal
dari kitab Taurat, Injil dan Al-Quran memiliki kesamaan kohesivitas dalam
menempatkan hukum Allah sebagai panglima yang mengatur dan mengendalikan hidup kehidupan
di alam semesta. Sejatinya, karena Allah itu satu yang mempersatukan dan mempunyai
ajaran hukum yang sama, sudah seyogyanya manusia harus menyesuaikan dan
mengintegrasikan diri dengan kitab-kitab sucinya, walaupun berbeda bahasa,
nama, dan asal muasalnya. Semuanya adalah sama, karena Allah-Nya sama, dan
hambanya juga sama, sama-sama manusia yang sedang hidup mengabdi dalam Kerajaan
alam semesta raya kepunyaan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar