Jumat, 17 November 2017

Anatomi Kitab Injil Matius






Eksistensi dan Esensi Kitab-Kitab Allah
            Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban untuk memahami ajaran yang ditinggalkan oleh generasi sebelumnya. Tujuan pokok dari pelajaran artefak yang diwariskan itu agar komunitas manusia mampu menciptakan regenerasi ideologi dan iman yang universal sebagaimana keyakinan yang dianut oleh orang-orang yang hidup sebelumnya. Upaya untuk mengikat dan menyambungkan lintas generasi ini diabadikan dalam rangkaian tulisan firman Allah di dalam mushaf kitab-kitab suci-Nya. Kitab suci atau buku teori tentang kebenaran Allah inilah yang harus menjadi pelajaran bagi manusia agar bisa menjalani hidup dan kehidupan dengan benar dan memberikan kebermanfaatan universal bagi makhluk lainnya.
Eksistensi kitab suci merupakan kumpulan nilai-nilai esensial yang menjadi pegangan dan sumber hidup orang-orang yang mendapatkan petunjuk Jalan Kebenaran. Melalui kitab suci inilah setiap insan manusia mampu mendownload kisah dan pengalaman para pejuang Allah dalam menjalani kehidupannya. Pribadi manusia yang tidak hidup berlandaskan petunjuk kitab suci, maka dirinya akan tersesat tidak sampai kepada tujuan penciptaannya. Bahkan begitu pentingnya menggali dan mengimani kitab-kitab suci ini, Sang Pencipta mewajibkan manusia untuk menjalankannya sebagaimana firman Allah berikut ini.    

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa (4): 136)

            Salah satu bentuk iman kepada Sang Pencipta adalah iman kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Di dunia ini ada kesinambungan mushaf yang menjadi kitab suci bersifat universal yakni Al-Quran yang diturunkan kepada Muhammad Rasulullah, kitab Injil kepada Isa Al Masih atau Yesus, dan kitab Taurat kepada Nabi Musa. Tentu saja masih banyak kitab-kitab suci lainnya yang pernah Dia ajarkan kepada manusia sebelum hadirnya tiga kitab suci yang terdekat pada zaman ini. Kitab-kitab suci ini pernah diinstalasikan kepada umat maupun bangsa dimana Allah mengutus Rasulnya baik di Mekah, Yerusalem maupun di Mesir pada zamannya masing-masing. Tentu saja bahasanya juga berbeda sesuai dengan kultur budaya dimana Muhammad, Yesus dan Musa diutus.
            Allah mempunyai tujuan kenapa Dia memerintahkan kepada manusia hari ini untuk memahami dan mengimani kitab Taurat, Injil dan Al-Quran, yang notabene diturunkan kepada Rasul yang berbeda, bangsa yang lain, dan bahasa yang tidak serumpun. Allah tentu saja ingin menampilkan sesuatu yang esensial dan universal dari masing-masing kitab suci tersebut, karena pada dasarnya ketiga kitab suci itu berasal dari-Nya, dan bersumber dari para Rasul yang diutus oleh Dia juga. Tentu saja ada nilai-nilai universal yang mengikat dan mempersatukan ketiga kitab suci tersebut, terlepas di dalamnya ada juga muatan-muatan yang melenceng sehingga harus diuji dan dikroscek validitas kebenarannya. Tidak mungkin ada pertentangan nilai dan ajaran dari masing-masing kitab suci, karena jika ada perbedaan pasti Allah tidak akan menyuruh manusia untuk menegakkan dan mengimplementasikannya pada kehidupan umat manusia. Bahkan Allah sendiri menganggap manusia tidak tunduk patuh kepada-Nya apabila tidak menegakkan hukum-hukum yang ada di Taurat, Injil dan Al-Quran, sebagaimana firman-Nya berikut ini.

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang berdin sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu. (QS. Al-Maidah (5): 68)

Kitab Suci Injil Sebagai Terang Allah  
            Semua kitab suci mempunyai fungsi sebagai penerang dan penunjuk jalan kehidupan. Ia bagaikan lentera yang menyinari kegelapan sehingga dapat memberikan arah dan pandangan bagi manusia yang sedang berjalan. Begitu juga dengan Injil, ia adalah kitab suci yang mengisahkan tentang cara dan jalan hidup Yesus dalam menegakkan hukum Allah di Yerusalem. Sebagai generasi Abraham, tentu saja visi atau warta utama adalah datangnya Kerajaan Allah dan meminta manusia agar segera bertobat karena keberdosaannya, sebagaimana misi risalah yang diperjuangkan oleh anak-anak Abraham pada zaman sebelumnya. Yesus membawa kabar gembira dengan datangnya masa-masa pengampunan dan hadirnya kembali hukum Allah sebagai panglima di muka bumi.
Istilah "Injil" berasal dari bahasa Arab إنجيل ʾInǧīl, yang diturunkan dari bahasa Yunani ευαγγέλιον (euangelion) yang berarti "Kabar Baik" atau "Berita Kesukaan". Injil dalam bahasa Inggris disebut Gospel, dari bahasa Inggris Kuno gōd-spell yang berarti "kabar baik".Injil adalah istilah yang digunakan untuk menyebut keempat kitab pertama dalam Alkitab Perjanjian Baru yakni Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes. Pengkabaran utama seorang Yesus adalah memberitakan kabar gembira atau Injil sebagaimanya dinyatakan dalam Matius 24: 14, "Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya".
Selain dari nilai-nilai pengkabaran akan datangnya Kerajaan Allah, di dalam Injil sendiri memuat hukum-hukum dasar yang bersifat universal. Yesus berjuang untuk menegakkan hukum Allah untuk memutuskan perkara bagi umat manusia. Dasar atau landasan penerapan hukum Allah adalah hukum kasih, “Cintailah Allah segenap akal budimu dan cintailah manusia sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri”. Misi pokok menegakkan hukum atau sistem kehidupan yang benar inilah yang diperjuangkan oleh Yesus dan komunitasnya di Yerusalem. Perintah bagi para pengikut Injil agar memutuskan perkara berdasarkan hukum yang diturunkan Allah juga dinyatakan dalam ayat Al-Quran berikut ini. 

Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Maidah (5): 46-47).

Anatomi Injil Matius   
Kata "Injil" sendiri dalam Alkitab Terjemahan Baru muncul 124 kali yakni 23 kali di keempat Injil, 17 kali di Kisah Para Rasul, 78 kali di Surat-Surat Paulus, 5 kali di Surat-Surat Lain, dan 1 kali di Kitab Wahyu. Kata Injil telah disebutkan sebanyak 12 kali dalam Quran. Dengan adanya penyebutan Injil di dalam Al-Quran ini mengindikasikan adanya hubungan dan keterkaitan subtansi nilai dari diantara kitab suci tersebut.
Secara tematik, Injil Matius membaginya dalam beberapa kelompok tulisan tulisan yang cukup sistematis dalam menyajikan kisah perjalanan semsa berjuang bersama Yesus. Matius menuliskan hal-hal terkait silsilah dan kelahiran Yesus, pembaptisan dan pelayanan, Kotbah di bukit, penyembuhan dan mukjizat yang bermakna simbolik, instruksi kepada para murid Yesus, respon Yesus, perumpamaan Yesus, kehidupan dalam komunitas surga, Yesus di Yerusalem, kotbah tentang akhir zaman, dan Yesus dihakimi, disalib dan dibangkitkan kembali. Tema-tema pokok tersebut dijabarkan dalam sub tema dan didetailkan dalam penomoran surat di dalam Injil Matius.
Adapun isi pokok dari Injil Matius adalah menerangkan dan menuliskan kisah tentang pemberitaan tentang aktivitas penyelamatan Allah dengan mengutus Yesus dari Nazaret dan berita yang disampaikan olehnya, meyakinkan bahwa Yesus adalah anak Allah yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama dan dinanti-nantikan kehadirannya, menunjukkan bahwa Kerajaan Allah merupakan kabar gembira dan hal utama yang diperjuangkan oleh Yesus di Yerusalem. Muatan pokok yang bernilai universal dalam kisah-kisah Matius adalah upaya pengkabaran Yesus kepada seluruh negeri agar manusia bertobat dan meninggalkan tuan-tuan lain kecuali Allah serta memperjuangkan terwujudnya Kerajaan Allah di muka bumi, sebagaimana doa Yesus dalam Matius 6: 9-10 berikut ini. “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga   

Gaya Bahasa Injil Matius                                         
              Injil Matius menuangkan dan menuliskan kisah perjalanan Yesus dengan cara yang sistematis dan indah. Gaya bahasa disampaikan secara vulgar dan samar-samar. Ada beberapa tema dan pasal di dalam Injil Matius yang dinyatakan secara terang-terangan dalam bahasa denotatif yang jelas. Namun ada juga pasal-pasal di dalam Injil Matius yang dituliskan dalam bahasa perumpamaan. Bahkan Yesus sangat sering menggunakan bahasa hiperbola atau simbol untuk menyampaikan sesuatu kepada murid-muridnya. Berikut adalah contoh penggunaan bahasa perumpamaan Yesus dalam mengajarkan ilmu Allah kepada murid-muridnya, sebagaiman dinyatakan dalam Matius 13: 3-13.

Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.

              Itulah gaya bahasa perumpamaan Yesus sebagai suatu strategi penyampaian pesan kepada murid-muridnya sehingga tidak diketahui oleh musuhnya. Bahasa simbol atau perumpamaan tersebut harus ditafsirkan dan dijelaskan maksud dan tujuannya. Ayat Matius tersebut bukanlah bermakna sesungguhnya tetapi suatu kiasan yang memiliki makna lain dalam hal membangun iman seorang manusia. Arti sesungguhnya dari bahasa perumpamaan diatas dinyatakan dalam Injil Matius 13 : 18-23 berikut ini.

Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."

            Selain dari bahasa perumpamaan, bahasa Injil Matius sangat lugas dan jelas apabila berbicara masalah hukum. Bahasa hukum tidak boleh ambigu dan multi tafsir sehingga harus dituliskan dalam bahasa konkrit sebagaimana dinyatakan dalam Injil Matius 5: 17-19 berikut ini.

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.

          Kesimpulannya, bahwa apa yang tertuang di dalam Injil Matius cukup berkorelasi dengan nilai-nilai firman yang ada di dalam kitab suci lainnnya. Hal-hal pokok terkait misi risalah kebenaran dan upaya menegakkan hukum Allah sangat identik dan sebangun dengan visi misi din al-Islam yang diperjuangkan oleh Rasul setelahnya yakni Muhammad Rasulullah, maupun rasul sebelumnya yaitu Nabi Musa. Nilai, ajaran dan hukum-hukum universal dari kitab Taurat, Injil dan Al-Quran memiliki kesamaan kohesivitas dalam menempatkan hukum Allah sebagai panglima yang mengatur dan mengendalikan hidup kehidupan di alam semesta. Sejatinya, karena Allah itu satu yang mempersatukan dan mempunyai ajaran hukum yang sama, sudah seyogyanya manusia harus menyesuaikan dan mengintegrasikan diri dengan kitab-kitab sucinya, walaupun berbeda bahasa, nama, dan asal muasalnya. Semuanya adalah sama, karena Allah-Nya sama, dan hambanya juga sama, sama-sama manusia yang sedang hidup mengabdi dalam Kerajaan alam semesta raya kepunyaan-Nya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar