Hari Minggu, tanggal 15 Januari
2016 pukul 20.40 WIB merupakan hari bersejarah bagi dirinya. Seorang putri
kecil lahir ke alam dunia setelah kurang lebih sembilan bulan hidup dalam
balutan rahim perut ibunya. Ia terlahir normal dengan berat badan 2,75 kg dan
panjang 47 cm setelah berjuang bersama-sama dengan ibunya di ruang persalinan.
Mukanya putih berseri, cantik dan menyimpan segala asa untuk menjadi putri
pejuang kebenaran yang akan bermanfaat serta memberikan berkat bagi alam
semesta raya.
Pertama kali mukanya terlihat
dari “jalan keluarnya”, sungguh penulis pun merasakan betapa keagungan yang
tidak terbatas dari Tuan Semesta Alam, Tuhan YME. Selorohan keseluruhan tubuhnya
yang putih bersih tanpa sehelai kain -dengan segala kelengkapan alat tubuhnya,
semakin membuat tak kuasa bagi penulis untuk mengucap sujud syukur kepada-Nya.
Dia selalu menunjukkan kesempurnaannya dalam mencipta segala makhluk sesuai
dengan kehendak-Nya.
Kelahiran puteri kecil, sebagai karya
ciptaan-Nya ini semakin membuktikan bahwa Dia memang “ada” dan “bekerja”
berdasarkan prinsip-prinsip penciptaannya. Dia telah menampilkan kekuasaannya dengan
mengubah sel sperma seberat tidak lebih dari 10 gram pada awal penciptaannya menjadi
2.750 gram pada akhir kejadiannya. Dia mampu mencipta sesuatu yang tidak
berbentuk menjadi bentuk tubuh manusia yang paling sempurna. Dia mampu
menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada (from nothing to somthing).
Oleh karena itulah, tidak ada alasan bagi manusia, termasuk penulis, untuk
tidak memuji Dia dengan segala keagungannya.
Dia mampu mengatur dan
mengendalikan sistem penciptaan manusia yang luar biasa sempurna. Sebuah sistem
penciptaan menusia yang meliputi aktivitas input-proses-output dengan rentang
ruang, masa dan waktu yang bersifat metrik. Sistem penciptaan enam fase dari satu
sel sperma yang menjadi “input” bertemu dengan sel telur, kemudian “berproses”
menjadi zyigot, embrio, tulang, otot dan daging serta keluar “output” dalam
bentuk bayi. Rangkain sistemik ini mencerminkan adanya cara kerja, prosedur,
dan mekanisme ilmu Tuan Semesta Alam yang dapat menjadi pelajaran bagi umat
manusia.
Penciptaan dan kejadian kelahiran
bayi ini mempertegas korespondensi kebenaran bahwa Dia Maha Pencipta dalam
rangkain enam tahapan utama, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah surat Al
Mu’minuun [23] ayat 12-14 berikut ini. “Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik.”
Kelahiran fisik material putri
kecil ini ini juga menjadi awal kehidupan yang terpisah antara jabang bayi dengan
ibunya. Jika selama 34 minggu sebelumnya si jabang bayi hidup bersatu dan
terikat dengan sistem lingkungan hidup di dalam rahim ibunya, maka semenjak
kemunculannya di dunia akan terikat dengan sistem lingkungan sekitar yang
sangat berbeda dengan sebelumnya. Kehidupan barunya dimulai semenjak tangisan
pertamanya pecah di meja persalinan. Kedua orangtua berperan sangat penting
dalam menjaga dan mengawal tumbuh kembang anak sampai dengan kedewasaannya.
Untuk itulah, penulis sendiri
bersyukur dengan kelahiran putri kecil ini. Dirinya menjadi “amanah” atau titipan
Tuan Semesta Alam yang harus dirawat dan dibesarkan sesuai dengan kehendak-Nya.
Orangtua menjadi wakil Tuhan YME di muka bumi pada saat anak masih kecil
(semenjak lahir hingga berfungsinya akal pikiran untuk memilih jalan hidupnya).
Orangtua harus mengejawantahkan sifat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang dalam
kapasitanya sebagai orangtua untuk membesarkan, mendidik, merawat, memandaikan
dan mengajarinya putera dan putrinya menjadi manusia yang diridhai-Nya.
Orangtua harus menjadi konduktor (penghantar) di dalam Tuan Semesta Alam berbuat
kasih dan sayang kepada seluruh makhluknya.
Inilah tantangan dan tugas mulia
dari para orangtua pasca diberikan karunia generasi pelanjut darah dagingnya.
Tumbuh kembang dan baik buruknya perkembangan anak tergantung orangtua dan
lingkungannya. Orangtua yang benar akan bertanggung jawab penuh atas “design”
dan “role model” ajaran hidup yang akan diajarkan kepadanya. Oleh karena itu, hanya
kesadaran para orangtua untuk berkorban dan berjuang dalam berbuat kasih dan
sayang inilah yang akan mencetak generasi unggulan berdasarkan karakter
penciptanya, Tuan Semesta Alam Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Semua harus
kembali kepada-Nya, Dia yang mencipta dirinya, maka orangtua harus mendidik dan
membesarkan anak sesuai dengan potret diri-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar