Sabtu, 01 April 2017

ENAM (6) GIAT DAN KIAT MENULIS




Elemen Fundamental Menulis
            Ilmu pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui sarana tulisan dalam berbagai macam bahasa. Karya tulisan dalam bentuk buku, prasasti, relief dan lainnya telah mengubah wajah dunia dari kegelapan kepada sinar terang peradaban. Goresan tinta maupun guratan pena ini menjadi tradisi manusia untuk mentransformasikan dan mentransmisikan keilmuan antar generasi, antar zaman dan lintas peradaban. Budaya tulisan adalah salah satu elemen fundamental dan indikator kunci sukses bagi setiap bangsa untuk memajukan peradaban umat manusia.
Menulis merupakan bagian dari dinamika hidup dan kehidupan umat manusia. Manusia mempunyai kecenderungan naluri untuk menulis dari lahir hinggal meninggal dunia. Menulis adalah satu dari sekian banyak bagian dari komunikasi non verbal antar manusia. Tulisan berperan dalam stimulasi aksi reaksi perubahan sikap dan pemikiran manusia. Selain itu, menulis adalah bagian utama dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa sehingga beberapa umat manusia mempunyai peninggalan pelajaran dan petunjuk hidup seperti kitab suci agama-agama pada setiap zamannya. Para penulis saat itu yakin bahwa salah satu cara untuk menjaga dan melanjutkan kaderisasi misi ideologi adalah melalui tulisan yang dijabarkan dan disebarkan kepada seluruh pengikutnya di muka bumi.
Menulis ini menjadi tradisi atau kebiasaan orang-orang hebat pada zamannya sehingga pada hari ini manusia ditinggalkan karya-karya agung seperti mushaf Al Quran oleh Usman bin Affan, Kitab Injil tulisan Matius, Markus, Lukas Yohanes maupun tulisan Taurat oleh generasi Musa. Selain dari kitab samawi, banyak juga kitab-kitab Nusantara hasil pujangga yang brilian memberikan pandangan hidup dan kehidupan seperti kitab Negarakertagama, kitab Niti Sruti, kitab Jangka Jayabaya dan lainnya. Orang-orang saat itu sudah sadar bahwa untuk mengikat ilmu dibutuhkan budaya tulisan bukan sekedar komunikasi verbal atau lisan. Spirit inspirasi bahkan menjadi daya energi bagi manusia untuk menulis sebagai upaya mendokumentasikan perjalanan umat manusia juga dituangkan dalam beberapa firman Allah Tuhan YME maupun sabda dari beberapa tokoh besar pada zamannya berikut ini.
Allah berfirman: "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al Jaatsiyah [45]: 29)
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Lukman [31]: 27)
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (II Timotius 3: 16)
Musa menuliskan perjalanan mereka dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan sesuai dengan titah TUHAN; dan inilah tempat-tempat persinggahan mereka dalam perjalanan mereka. (Bilangan 33: 2)
Dengan kata lain, sangatlah wajar apabila orang-orang pada masanya selalu berlomba-lomba untuk membuat tulisan dalam rangka merubah situasi dan kondisi yang terjadi saat itu. Mereka tergerak untuk mendokumentasikan kisah dan sejarah agar menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Mereka sadar bahwa kebangkitan peradaban selalu diawali dari ajaran yang bersendikan tulisan, sebagaimana pernyataan M Isa Anshary berikut ini, “Revolusi-revolusi besar di dunia selalu didahului jejak pena dari seorang pengarang yang mencetuskan suatu ide dan cita kemudian menjadi bahan pemikiran dan pedoman dalam berjuang”.

5 W + 1 H Tentang Menulis
Apa (What) itu menulis? Menulis adalah sebuah proses atau aktivitas menuangkan hasil pemikiran, hasil penelitian, dokumentasi peristiwa, informasi dan perasaan manusia dalam bentuk tulisan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang disaksikan, dilihat, dialami, dipikirkan ke daam bahasa tulisan. Menulis merupakan aktivitas gerakan motorik halus yang dilakukan oleh anggota tubuh yaitu tangan untuk menuangkan ide, maksud, pikiran, pengalaman, informasi dan lainnya dengan menggunakan alat tulis dalam bentuk kata, kalimat atau paragraf. Bentuk dari kegiatan menulis ini menghasilkan tulisan apa saja seperti pesan, memo, surat, buku harian, opini, laporan, artikel, buku dan lain sebagainya. Menulis ini menjadi media penyimpanan atau memori peristiwa masa lalu dan ungkapan gagasan atau ide pada masa kini dan masa depan. Tulisan adalah “bank memori” yang berfungsi mengatasi kelemahan daya ingat manusia.
Kenapa (Why) harus menulis? Motif menulis sangat beragam dan variatif dengan tujuan untuk menginformasikan segala sesuatu baik fakta, data, peristiwa, pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa sehingga pembaca mendapat pengetahuan dan pemahaman yang baru. Tulisan juga bertujuan untuk membujuk orang lain agar bersikap setuju atau tidak setuju dengan karya penulis. Tujuan menulis untuk mendidik yaitu meningkatkan wawasan pengetahuan, mengasah kecerdasan, dan mengubah perilaku. Menulis juga untuk menghibur seseorang maupun menjadi pelepas lelah dan rindu bagi pembaca.
Siapa (Who) yang bisa menulis? Siapapun manusia yang masih hidup di dunia ini bisa menulis dan pasti selalu akan menulis. Setiap hari dan setiap waktu, insan manusia melakukan aktivitas menulis dari catatan paling sederhana hingga membuat tulisan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Wartawan, reporter, akuntan, redaktur pasti melakukan aktivitas menulis. Jangankan mereka, seorang pedagang maupun debt collector akan menulis dan mencatat tagihan pekerjaannya. Apalagi seorang calon sarjana, magister atau doktor yang dituntut membuat karya ilmiah skripsi, thesis atau disertasi bahkan harus dipublikasikan dalam jurnal secara nasional maupun internasional. Siapa saja bisa menjadi penulis baik sebagai penulis utama (writer), penulis pendamping (co-writer) maupun penulis bayangan (ghost writer).  
Kapan (When) melakukan aktivitas menulis? Setiap insan bisa menulis kapan saja sesuai suasana dan cuaca. Manusia diberikan waktu 24 jam atau 1460 menit setiap hari untuk dimanfaatkan dalam segala hal. Sisihkan waktu khusus untuk kontemplasi, mencari ide segar dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Menulis membutuhkan waktu khusus di luar rutinitas utama sehari-hari. Siang, malam, pagi, petang adalah ruang-ruang waktu yang dikaruniakan oleh Tuhan YME untuk dimaksimalkan dalam membuat karya tulis baik fiksi maupun non fiksi, ilmiah maupun non ilmiah.  
Dimana (Where) bisa menulis? Setiap orang yang mau menulis dapat melakukannya di mana saja, asalkan membawa pena, tinta dan kertas maupun komputer dan laptop pada zaman modern ini. Pikiran manusia itu tidak terbatas sehingga aktivitas penuangan ide dan gagasan dapat dilakukan di darat,laut maupun udara. Namun demikian, tentu saja setiap pribadi mempunyai ruang khusus untuk menulis baik di meja kantor, di ruang rapat, di kamar tidur, di bawah pohon, maupun tempat lain yang nyaman dan sunyi. Apalagi untuk menulis sesuatu yang berat dan mendalam pasti membutuhkan situasi dan kondisi tempat yang memungkinkan untuk menggoreskan pena maupun memencet keyboard pada komputer.
Bagaimana (How) cara menulis yang baik dan benar? Menulis bisa saja dilakukan secara asal sesuai dengan alur pikiran penulis. Akan tetapi, untuk tulisan-tulisan tertentu membutuhkan langkah dan metode untuk melaksanakannya. Menulis membutuhkan alur, peta pikiran, pemilihan kata atau diksi, penggunaan kalimat yang baik dan benar, pemilihan Ejaan yang disempurnakan, ataupun cara membuat alinea pada masing-masing paragraf. Tentu saja, setiap bentuk dan jenis tulisan mempunyai sistematika dan metodologi penulisan yang berbeda-beda. Menulis kisah fiksi pasti menggunakan metode yang berbeda dengan menulis karya non fiksi apalagi tulisan karya ilmiah. Yang pasti, semua cara dan metodologi penulisan dapat dipelajari bersamaan dengan aksi membuat tulisan itu sendiri (learning by doing). Terlebih bagi penulis pemula, tidak perlu terjebak dalam alur metode penulisan yang penting mau dan mau mencoba untuk menghasilkan tulisan. Kesempurnaan itu membutuhkan proses dan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi semua dimulai dari gerakan satu jari memilih kata dan membuatnya menjadi kalimat bahkan paragaf sebuah tulisan.  
  
Enam (6) Giat Menggairahkan Untuk Menulis
  1. Membaca Karya Penulis atau Pengarang Dunia. Sedikit sekali penulis handal bisa menulis suatu karya tanpa didahului dengan aktivitas membaca. Orang bisa menulis karena aktif membaca. Perintah membaca ini juga dinyatakan dalam surat Al Quran surat Al Alaq ayat 1-5 yang berbunyi “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Adapun bentuk bacaan ada dua yaitu membaca tulisan dan membaca situasi kondisi yang ada di kehidupan ini. Aktivitas membaca ini dapat berfungsi untuk menambah wawasan, inspirasi dan analisis suatu dasar permasalahan untuk dicarikan solusinya, sehingga melahirkan sebuah karya tulisan.
  2. Menulis Sebagai Bagian dari Proses Menyembuhkan. Tulisan merupakan ekspresi perasaan untuk mengubah suatu keadaan. Salah satu contoha adalah periode perjuangan kemerdekaan yang banyak dilakukan melalui propaganda tulisan di surat kabar. Bahkan tidak sedikit para pejuang yang menjadi penerbit untuk menumbuhkan semangat berjuang melalui media massa, sekaligus menuangkan kegaluan dan rasa sakit semasa penindasan kolonial. Menulis adalah obat mujarab meningkatkan semangat dan spiritualitas melawan ketidakbenaran.   
  3. Kredit Poin dan Koin (Honorarium). Seorang penulis pasti akan mendapatkan dampak dari setiap karya tulisan yang dibuatnya. Minimal, seorang penulis akan memperoleh kredit poin apabila berhasil membuat jurnal tulisan dan dipublikasikan. Karya tulisan juga mampu menjadikan tangga kelulusan dari jenjang suatu pendidikan. Bahkan, dengan menulis artikel dan jurnal ilmiah ataupun buku non fiksi lainnya dapat menghasilkan pundi-pundi moneter keuangan sebagai biaya kehidupannya.
  4. Berbagi Shadaqah Ilmu. Ilmu pengetahuan yang ditularkan melalui tulisan akan menjamin seseorang mendapatkan ganjaran atau balasan dari apa yang diperbuatnya itu. Setiap orang yang menanam kebaikan pasti menuai kebaikan. Orang yang menginvestasikan dan menshodaqahkan ilmu-Nya pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal pada suatu hari nanti.
  5. Warisan atau Harta Karun Sepanjang Masa. Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan karya. Orang yang menghasilkan tulisan pasti karyanya akan selalu ada walaupun dirinya sudah meninggal dunia. Buku-buku peninggalan sejarah tetap eksis pada hari ini walaupun penulisnya sudah meninggalkannya terlebih dahulu. Buku atau tulisan akan dikenang sepanjang zaman.
  6. Setiap gaya tulisan ada penggemarnya. Seorang penulis harus selalu bergairah karena setiap karyanya pasti akan ada pembaca yang menyukainya. Jangan pernah berkecil hati kalau karya tulisan tidak dibaca orang pada zamannya, karena bisa jadi karya tersebut akan populer setelah ditinggalkan oleh penulisnya. Seorang penulis akan dikenang dengan gaya bahasa dan karakteristik kekhususannya.


Enam (6) Kiat Menjadi Penulis Produktif

  1. Waktu khusus untuk menulis. Semua orang yang berhasil dan sukses selalu bisa memanfaatkan dan menghargai waktu. Menulis membutuhkan waktu-waktu khusus untuk melakukannya. Cari waktu yang tepat untuk menulis secara rutin dan berkelanjutan.
  2. Memotivasi diri sendiri (internal motivation), kesuksesan diraih dari 1% inspirasi dan sisanya 99% adalah kerja keras. Mulai dan mulailah menulis karena sebuah buku itu selesai apabila dimulai dari satu kalimat pendahuluan.
  3. Menulis sebagai bentuk pengabdian. Setiap pekerjaan yang dilakukan berdasarkan perintah dan ilmu pasti bernilai ibadah kepada Tuhan YME. Karya yang bermanfaat pasti akan dinilai sebagai pengabdian oleh pencipta kehidupan.
  4. Inventarisasi bank Ide. Ide datang kapan saja dan dimana saja, sehingga diperlukan penulisan ide-ide inspiratif tersebut dalam buku khusus. Jangan lewatkan inspirasi yang datang tiba-tiba, karena siapa tahu ide tersebut adalah ide yang dapat membesarkan penulis pada akhir penulisannya.
  5. Eksplorasi gaya menulis untuk membentuk gaya dan perbedaan khas. Kekhasan dan kebiasaan menulis bukan dibentuk oleh aktivitas menulis tetapi oleh aktivitas membaca. Jika ingin menjadi penulis, satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah membaca. Membaca dapat menambah memori kosa kata dan gaya dalam menulis.
  6. Berusaha dan berupaya profesional dalam menulis. Yakinlah bahwa tatkala sesuatu dilakukan dengan profesional maka akan menghasilkan karya yang monumental. Jadi, menulislah dengan sebaik-baiknya dan menulislah dengan secepat-cepatnya.

Enam (6) Strategi Awal Untuk Menulis

  1. Persiapkan diri dan mental untuk siap menulis. Jika tidak mau menjadi penulis jangan coba-coba menulis, karena hanya akan membuang waktu dan melakukan sesuatu tanpa target dan tujuan. Yakinkan dan percayalah bahwa setiap manusia bisa menjadi penulis untuk mengabadikan karya pribadinya maupun keilmuan dari orang lain.
  2. Membaca buku biografi atau buku lainnya untuk memompa semangat menulis dari eksternal. Kisah tokoh-tokoh besar akan mempengaruhi mental dan semangat bagi penulis pemula untuk menulis. Biografi kisah sukses akan menjadi penuntun dan teladan bagi penulis untuk melakukan yang terbaik seperti apa yang ada di dalam buku tersebut.
  3. Membuka catatan harian untuk memacu menulis dari dalam internal diri sendiri. Tulisan pribadi ini akan memancarkan ide dan menngingatkan akan hal-hal yang perlu ditulis dan dikembangkan dalam tulisan. Catatan harian ini dapat menjadi daya ledak dan motivator untuk selalu membuat tulisan baru dengan lembaran-lembaran kerta yang baru.
  4. Berdiskusi atau brainstorming dengan orang lain untuk mendapat masukan maupun arahan penulisan. Seorang penulis memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, sehingga sangat disarankan untuk menambah dan menyempurnakan tulisan melalui diskusi atau curah gagasan dari rekan atau orang lain. Pembaca atau reviewer akan memberikan masukan dari sisi sudut pandang yang berbeda, sehingga akan memperkaya khasanah tulisan tanpa merubah subtansi makna di dalamnya.
  5. Membayangkan keberhasilan tatkala tulisan dibaca orang lain atau dimuat dalam surat kabar bahkan menjadi buku. Penulis harus yakin bahwa segala sesuatu yang diupayakan dengan serius pasti akan membuahkan hasil yang maksimal. Imajinasi kesuksesan ini penting karena akan menjadi pendorong dan energi tambahan untuk segera berusaha keras mencapai target dan tujuan akhir dari penulisan karya tersebut.
  6. Membaca tulisan yang tertunda sebagai jembatan penghubung antar kalimat maupun alinea selanjutnya. Review ini sangat penting untuk mengulas dan mengulang isi dan materi tulisan sehingga bisa revisi dan melakukan perbaikan berkelanjutan. Selain itu, membaca ulang tulisan dapat memperbaiki alur dan transisi antar kalimat dan paragraf dalam sebuah tulisan.

Enam (6) Pertimbangan Khusus dalam Menulis

  1. Ide Kreatif. Gagasan awal yang terlintas dalam pikiran tidak datang dengan begitu saja, tetapi membutuhkan stimulasi informasi dari media massa, media elektronik, buku, tulisan orang lain, melihat atau menyaksikan kejadian secara langsung.
  2. Daya Tarik. Tulisan hendaknya menarik perhatian orang yang membacanya. Tulisan harus memuat hal-hal yang baru, aneh atau ganjil, hot news atau trending topic, dan bersifat luar biasa.
  3. Bermanfaat dan Benilai Guna bagi Pembaca. Tulisan mempunyai manfaat untuk menambah pengetahuan, menambah ketrampilan, memecahkan masalah, menghibur, menggugah etika dan menyentuh kepekaan estetika para pembaca. Oleh karenanya, menulis harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat (suplay and demand), sehingga tulisannya dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh para pembaca.
  4. Aktualitas atau Kekinian. Tulisan yang baik bersifat aktual dan update terhadap segala sesuatu yang berkembang saat ini maupun prediksi masa depan. Karya tulisan ini harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi.
  5. Orisinalitas dan bukan Plagiasi. Seorang penulis harus jujur dan tidak boleh menjiplak karya orang lain. Penulis pemula diperbolehkan mencontoh atau meneladani tulisan orang lain, akan tetapi jika dipublikasikan harus ada nilai baru atau modifikasi di dalamnya.
  6. Validitas data dan peristiwa. Penulis ilmiah sebisa mungkin menggunakan data sebagai bahan analisa suatu peristiwa. Data ini harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jangan menulis sesuatu informasi atau berita bohon (HOAX) karena dapat merugikan orang lain, dan berpotensi terjerat Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.   


Enam (6) Sebab Kegagalan Menjadi Penulis

  1. Belajar Teori Tanpi Aksi. Satu langkah aksi lebih baik daripada seribu teori. Ilmu tanpa alam ibarat pohon tanpa buah. Mulailah menulis dari sekarang, mulai dari diri sendiri dan mulai dari yang paling kecil. Suatu karya yang besar selalu diawali dari hal terkecil. Ribuan langkah juara lari maraton dimulai dari langkah pertama di garis start. Begitu juga sebuah karya tulis, ratusan dan ribuan kata atau kalimat dalam sebuah buku diawali dari satu ketukan huruf dan kata.
  2. Menulis yang tidak disukai dan tidak dipahami. Seorang penulis harus memulai menulis dari segala sesuatu yang menjadi kesukaannya, hobinya maupun passionnya. Menulisnya tentang segala hal yang menjadi kompetensinya. Jangan melakukan sesuatu tanpa dasar ilmu.
  3. Cepat Berpuas Diri setelah Menyelesaikan Tulisan. Jangan menjadi penulis yang hanya berhasil membuat satu karya tulis. Ilmu alam semesta ini sangat luas dan Tuhan YME sudah memastikan bahwa manusia tidak akan sanggup menuliskan semuanya. Oleh karena itu, jangan mudah berpuas diri dari karya yang belum seberapa ini. Teruslah berkarya selama tangan dan pikiran bisa bergerak membuat tulisan.  
  4. Ingin Cepat Populer. Untuk mendapatkan popularitas membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang panjang. Tidak ada sesuatu yang instan. Semua membutuhkan rangkaian ruang, masa dan waktu untuk mewujudkan eksistensi menjadi penulis populer. Jangan pernah berharap popularitas itu langgeng tanpa didukung oleh kontinuitas karya yang berkelanjutan.
  5. Honor menjadi tujuan akhir sehingga macet terjebak materialistis. Menulis bukan bertujuan untuk mendapatkan nominal moneter. Lihatlah penulis besar yang setia dan tekun menulis demi tujuan yang lebih mulia dari sekedar recehan honorarium. Seorang Pramudya Ananta Toer harus rela mendekam di penjara demi mengkritik kebijakan penguasa melalui karya-karya monumental tulisannya. Ia menjadi abadi dengan karya tulisan yang tulus dipersembahkan untuk merubah keadaan, bukan sekedar nilai materialitis yang tidak kekal.
  6. Membesar-besarkan kelemahan diri sendiri dan tidak percaya diri untuk menulis. Seorang penulis harus bisa mengelola diri dan membaca diri perihal kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam membuat karya tulisan. Jangan terfokus pada kelemahan, tetapi maksimalkan keunggulan atau kekuatan dan peluang untuk membuat karya tulisan yang mampu menginspirasi pemikiran sehingga menciptakan pergerakan yang dapat merubah gelap kepada terang, mengganti kebodohan dengan kecerdasan, kemunduran menjadi kemajuan, dan keterpurukan berubah menjadi kedamaian dan kesejahteraan peradaban.

Itulah giat dan kiat menulis bagi diri sendiri penulis maupun kepada siapa saja yang ingin belajar dan berusaha menjadi seorang penulis. Integritas dan kompetensi setiap manusia akan ditentukan oleh konsitensi dirinya melawan hambatan dalam membuat karya tulisan. Dunia ini sedang membutuhkan insan-insan yang mampu mengkodefikasikan ilmu pengetahuan ke dalam bentuk bahasa tulisan. Semua kebangkitan peradaban selalu diawali oleh orang-orang yang gemar membaca dan mengabdikannya dalam sebuah tulisan. Maka, wajar saja untuk menghilangkan jejak dan meruntuhkan peradaban, hal utama yang dilakukan adalah menghilangkan dan menyembunyikan tulisan, bahkan membumihanguskan perpustakaan. Itulah dunia kepenulisan, fakta sejarah dan perintah dari Tuhan Semesta Alam diabadikan menggunakan pena dan tinta yang menghasilkan tulisan firman sebagai petunjuk maupun pedoman hidup dan kehidupan sepanjang zaman. 

2 komentar:

  1. "Karena engkau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin. Akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari" - Pramoedya AT.

    Tulisannya bagus bg, izin share _/\_

    BalasHapus