Senin, 17 Juli 2017

ENAM (6) GIAT DAN KIAT MEMBACA



Filsafat Dasar Membaca
       Allah, Pencipta Semesta Alam menganugerahkan kesempurnaan karya ciptaan kepada makhluk yang bernama manusia. Dia mencetak manusia sesuai dengan potret diri-Nya. Manusia diberikan struktur fisik yang paling lengkap dari segala makhluk ciptaan lainnya. Ia dikaruniai perangkat keras dan lunak dari ujung kepala sampai ujung kaki. Instrumen inderawi dan alat pemroses kecerdasan akal pikiran juga disematkan pada diri makhluk paling sempurna di muka bumi ini.
        Tentu saja, Sang Maha Pencipta mempunyai tujuan pokok memberikan kesempurnaan perangkat pada diri manusia. Dia akan meminta pertanggungjawaban atas segala nikmat dan karunia yang diberikan kepada makhluk berdiri tegak itu. Semua bagian tubuh manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas kebermanfaatan apa saja dari bagian tubuhnya itu digunakan pada masanya hidup di muka bumi. Mata, telinga, dan otak atau akal pikiran sebagai obyek vital manusia juga tidak terlepas dari tuntutan dan maksud dari Sang Pencipta atas ciptaannya itu.
        Ada sebuah relasi dan hubungan yang tidak terpisahkan antara tujuan penciptaan manusia dengan perangkat tubuh manusia. Semua bagian tubuh manusia mempunyai fungsi untuk merealisasikan tujuan utama manusia itu dicipta. Manusia dicptakan untuk mengabdi dengan benar kepada-Nya. Oleh karena itu, manusia harus memahami ilmu-Nya dengan memanfaatkan sarana dan prasarana dari bagian tubuh yang diberikannya. Maka sangatlah wajar jikalau Sang Pencipta mengutuk manusia yang tidak mengoptimalkan panca indera seperti mata, telinga atapun akal pikirannya.
        Satu bagian tubuh yang sangat fundamental adalah mata. Mata adalah pelita tubuh. Mata adalah instrumen utama untuk mempelajari ilmu. Ilmu diperoleh dari aktivitas “membaca” baik membaca tulisan maupun membaca fenomena alam, yang keduanya membutuhkan instrumen “mata”. Oleh sebab itu, Dia akan melaknat manusia yang tidak menggunakan mata-nya untuk membaca dan mencari pengetahuan ilmu-Nya. Dengan demikian, sangat wajar jikalau Allah Tuan Semesta Alam yang telah memberikan mata kemudian memerintahkan kepada manusia untuk membaca, sebagaimana dinyatakan Kitab-Kitab Allah berikut ini.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq (96): 1-5)

Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. (Lukas 4: 16)

Carilah di dalam kitab TUHAN dan bacalah: Satu pun dari semua makhluk itu tidak ada yang ketinggalan dan yang satu tidak kehilangan yang lain; sebab begitulah perintah yang keluar dari mulut TUHAN, dan Ruh TUHAN sendiri telah mengumpulkan mereka. (Yesaya  34: 16)

Dalam firman Allah baik ada di dalam Al-Quran, Injil dan Taurat di atas menunjukkan filsafat dasar bahwa aktivitas membaca merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang menjadi perintah-Nya. Hal ini membuktikan bahwa membaca menjadi prasyarat dan karakter dari orang-orang yang mensyukuri nikmatnya. Oleh sebab itu, marilah membaca dan terus membaca untuk meningkatkan kualitas diri dan memahami ilmu yang membentang dari segala ufuk bumi. Manusia diamanatkan untuk menjadi “khalifah” atau pemakmur bumi sehingga harus mengenal “nama-nama” atau “isme” dan “ilmu” yang tersimpan dan tersirat di alam semesta. Satu langkah awal untuk menguasai ilmu adalah membaca dan membaca.

5W + 1H Membaca
            Untuk mengenal dan memahami arti pentingnya membaca, maka terlebih dahulu mengerti definisi konseptual apa (what) itu membaca. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, definisi membaca yaitu melihat dan paham isinya, bisa dengan melisankan atau dalam hati saja. Membaca adalah proses atau kegiatan yang mengandung unsur fisik dan mental untuk memberikan makna dari simbol-simbol yang visual. Selain itu, pengertian membaca adalah mendapatkan pengetahuan dan informasi sehingga terjadi peningkatan daya pikiran, mempertajam pandangan, dan menambah wawasan. Sementara itu, pengertian membaca dari segi linguistik adalah suatu proses penyandian kembali dan pembahasan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Tarigan, 1984:8).
Membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik atau proses mekanis berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual oleh mata. Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke pusat kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar-gambar, bunyi, dan kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang atau memori ingatan otak manusia. Dengan kata lain, aktivitas membaca adalah kegiatan yang melibatkan instrumen utama manusia yaitu mata dan pikiran manusia.
Setiap insan manusia dapat membaca kapan saja. Kapan (when) waktu ideal membaca? Tentu saja setiap manusia mempunyai waktu khusus dan istimewa untuk memudahkan aktivitas ini. Ada seseorang membaca dengan muda pada siang hari, tetapi ada juga orang lain mudah menerima input membaca pada malam hari. Secara prinsip, karena membaca membutuhkan konsentrasi untuk menghasilkan memori, tentu saja aktivitas membaca membutuhkan ruang dan waktu tertentu. Pemilihan waktu khusus ini sangat tergantung dari para pembaca, dapat memilih siang hari maupun malam hari, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Yang penting, membaca harus fokus dan rileks.
Pertanyaan selanjutnya, dimana (where) aktivitas membaca dapat dilaksanakan? Membaca bisa dilakukan dimana saja, tempat apa saja, dan ruang apapun. Satu-satunya tempat yang tidak bisa digunakan membaca hanya di kolam renang. Ruang-ruang pribadi maupun ruang publik dapat dimaksimalkan untuk mendayung informasi melalui aktivitas membaca. Banyak orang-orang besar justru mendapatkan inspirasi dari membaca di tempat-tempat yang tidak umum seperti di toilet, gudang, gunung, pesawat, kapal laut dan tempat-tempat lain yang memungkinkan untuk membuka buku. Jadi, tidak ada celah karena ruang membaca ini seluas langit dan bumi.
Selanjutnya, untuk siapa aktivitas membaca ini ditujukan? Tentu saja setiap manusia yang mempunyai mata dan pikiran hendaknya membaca. Selain membaca adalah perintah Allah, sekaligus wujud syukur dengan kelengkapan indera dari-Nya, maka sudah barang tentu setiap insan terikat untuk membaca. Tidak ada manusia di muka bumi ini yang tidak membaca, sekalipun orang buta juga membaca dengan huruf braile. Tidak mungkin ada profesor kalau tidak membaca, tidak ada dokter tanpa membaca, tidak akan ada Nabi dan Rasul sekalipun tanpa aktivitas membaca. Justru kehadiran para Nabi dan Rasul Allah mengajarkan manusia untuk membaca. Lebih hebatnya lagi, para utusan Allah tersebut meninggalkan Kitab Suci yang tujuan utamanya agar umat setelahnya bisa membacanya agar tidak tersesat dari jalan kebenaran. Tidak hanya itu, banyak buku dan karya-karya manusia lainnya ditinggalkan agar menjadi bahan bacaan bagi generasi selanjutnya. Jika artefak peninggalan tersebut tidak dibaca, tentu dunia ini akan kembali redup sebagaimana abad kegelapan “Dark Ages” dahulu kala.
Kenapa (why) setiap manusia harus membaca? Membaca adalah menghidupkan dan menyalakan pelita cahaya insan manusia. Jikalau tidak ada lagi manusia yang membaca buku atau membaca keadaan untuk menciptakan teknologi dan peradaban, maka dunia ini akan kembali pada kondisi kebodohan dan kejahiliyahan. Membaca adalah melawan kebodohan dan ketertindasan. Semua pergerakan dan perjuangan dimulai dari gerakan membaca. Bahkan Muhammad Rasulullah sendiri pada awal gerakan revolusi akidah dimulai dari aktivitas penggenapan membaca “iqra”. Tanpa membaca kondisi alam dan membaca ilmu Allah dalam kitab suci-Nya, maka Muhammad tidak mungkin bisa mengeluarkan perbudakan dan kezaliman kepada kemerdekaan dan kecerdasan. Kejayaan peradaban sangat ditentukan oleh seberapa banyak komunitas manusia kala itu gemar akan membaca dan menulis ilmu-Nya.
Pertanyaan terakhir, bagaimana (how) cara membaca yang baik dan benar? Tentu saja semua hal harus berdasar ilmu. Membaca juga ada ilmunya. Membaca tidak sekedar membunyikan huruf ataupun melihat susunan baris antar kata, kalimat maupun paragraf. Membaca membutuhkan kesiapan dan kebugaran fisik agar mata dapat optimal menyerap informasi dibalik simbol gambar ataupun kata. Kesiapan mental “mood booster” harus selalu terjaga sehingga otak atau kesadaran mampu menerima input hasil serapan mata yang dikirim ke otak melalui sistem syaraf. Membaca yang benar akan menghasilkan out put berupa tambahan arsip memori dan peningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dalam dirinya. Untuk teknik membaca sendiri banyak beragama jenisnya, ada teknik membaca cepat atau kilat dan membaca lambat. Selain itu, seorang pembaca harus mampu memotivasi diri guna membangun konsistensi dan keberlanjutan aktivitas membaca.

Enam (6) Giat Menggairahkan Untuk Membaca
  1.  Membaca sebagai bentuk pengabdian kepada Sang Pencipta. Seorang pembaca harus sadar bahwa dirinya dicipta oleh Sang Pencipta dengan tujuan utama untuk mengabdi. Salah satu unsur pengabdian adalah membaca untuk mengetahui ilmu-Nya. Seorang manusia dilarang melakukan tanpa dasar ilmu. Dengan kata lain, seorang manusia tidak bisa mengabdi tanpa membaca. Orang yang membaca akan mendapatkan ganjaran sementara orang malas membaca akan mendapat kutukan.
  2. Membaca sebagai pembeda dan pengungkit nilai diri. Manusia dinilai dari derajat kualitas keilmuannya. Profesor, Panglima, Presiden, Ulama adalah gelar tertinggi dari suatu jabatan yang menuntut kualitas keilmuan yang maksimal pada bidangnya masing-masing. Tidak mungkin “bintang lima” diperoleh secara tiba-tiba tanpa melalui aktivitas membaca dan bekerja keras. Allah menempatkan manusia secara berjenjang dan bertingkat sesuai dengan tinggi rendahnya derajat ilmunya. Manusia yang cerdas berbeda dengan manusia bodoh. Seorang yang gemar membaca pasti berbeda dengan orang yang tidak pernah membaca.
  3. Membaca sebagai bentuk perlawanan. Salah satu hal paling mudah untuk melawan penjajah adalah melawan kebodohan. Kecerdasan akan mampu menggiring manusia berjuang untuk melepaskan diri dari jerat imperialisme pikiran. Satu-satunya hal yang bisa melawan imperialisme adalah membaca ilmu pengetahuan dan menggerakan manusia di atas jalan pengetahuan tersebut. Dalam banyak sejarah telah menunjukkan bahwa perguliran peradaban sangat ditentukan oleh kualitas pemimpin yang selalu gemar membaca ilmu pengetahuan.      
  4. Membaca untuk menjaga ideologi dan generasi. Unsur pokok untuk menjaga ideologi dan generasi menggunakan media tulisan dan bacaan. Kitab suci dibuat agar generasi berikut dapat membacanya dan hidup sesuai dengan pedoman dan petunjuk di dalamnya. Begitu juga dengan karya ilmiah seperti Skripsi, Tesis, dan Disertasi dibuat dan ditinggalkan agar mahasiswa setelahnya mampu mengembangkan keilmuan atas dasar penelitian yang telah dibaca dari karya yang ditinggalkannya itu. Perawi Hadist juga berfikir demikian agar para pembacanya dapat melanggengkan cara hidup dari orang yang diriwayatkannya itu.
  5. Membaca untuk menghidupkan Orang Mati. Orang mati itu bukan sekedar mati fisik, tetapi orang mati adalah orang bodoh yang tidak mempunyai ilmu. Orang mati tidak bisa melakukan apapun, begitu juga dengan orang bodoh tidak bisa membuat sesuatu. Orang mati pikirannya atau orang bodoh dapat dihidupkan manakala mau belajar dan aktif membaca ilmu pengetahuan. Dengan membaca dirinya akan mengenal dan mengetahui sesuatu, sehingga dengan pengetahuannya itu dirinya bisa melakukan sesuatu. Dengan bisa melakukan sesuatu berarti dirinya telah hidup secara akal pikiran atau kesadarannya. Itulah hakikat membaca untuk menghidupkan.
  6. Membaca itu bernafas. Manusia akan mati jikalau tidak bernafas dengan oksigen. Ilustrasi ini juga bisa dimaknai bahwa manusia akan mati jikalau tidak membaca. Membaca adalah aktivitas bernafas menghirup pengetahuan untuk dijadikan energi guna mengarungi gerak kehidupan. Manusia akan mati tanpa pengetahuan. Manusia tidak akan tahu apa-apa jika tidak bernafas menghirup sari-sari oksigen pengetahuan yang menjadi dasar kehidupan manusia di alam yang serba membutuhkan ilmu pengetahuan ini.     

Enam (6) Kiat Menjadi Pembaca Produktif
  1. Motivasi dan selalu bersemangat untuk membaca. Tancapkan dalam kesadaran bahwa tidak ada ruginya manusia selalu membaca. Semangat adalah daya dorong agar setiap diri bisa mengkondisikan dan memompa diri untuk menimba ilmu dengan membaca. Daya ungkit motivasi ini akan menjadikan orang gemar membaca.  
  2. Waktu khusus untuk membaca. Semua orang yang berhasil dan sukses selalu bisa memanfaatkan dan menghargai waktu untuk membaca. Aktivitas membaca membutuhkan waktu-waktu khusus untuk melakukannya. Cari waktu yang tepat untuk membaca secara rutin dan berkelanjutan.
  3. Bacalah materi atau disiplin ilmu tertentu. Setiap manusia mempunyai spesialisasi atau keunggulan tertentu. Paculah kualitas keilmuan diri dengan selalu membaca hal-hal yang terkait dengan disiplin ilmu yang digeluti. Yakinlah bahwa ilmu itu tidak terbatas dan selalu tersimpan dalam balutan alam semesta. Semakin ilmu digali maka semakin dalam kualitas kelimuan dari materi tersebut.
  4. Bacalah hal-hal menarik dan menyenangkan. Membaca tidak harus monoton dengan materi yang berat dan ilmiah. Sesekali bacalah hal-hal yang ringan dan lucu atau menarik. Hasil bacaan ini sangat penting untuk fungsi rekreasi. Otak membutuhkan sarana refleksi guna meningkatkan memori yang bersifat temporer.
  5. Inventarisasi ilmu dari hasil membaca. Catatlah materi keilmuan yang terkait dengan disilin peningkatkan diri. Tulisan ini akan membantu untuk inventarisasi keilmuan di dalam memori pikiran. Penyerapan memori otak membutuhkan media tulisan selain hanya mengandalkan mata. Dengan begitu, hasil membaca akan menambah daya ingat dan memori pengetahuan di dalam otak manusia. Itulah bedanya manusia dengan monyet, didalam otak manusia ada ilmu pengetahuan sementara di dalam orang monyet hanya insting natural hewaniah.  
  6. Eksplorasi gaya membaca untuk membentuk gaya baca. Kekhasan dan kebiasaan membaca bukan dibentuk oleh aktivitas membaca. Jika ingin menjadi pembaca handal dan cepat, maka satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah membaca dengan cepat. Kemampuan membaca sangat tergantung dengan latihan. Membaca lambat atau membaca kilat sangat tergantung dengan kebutuhan akan bahan bacaan yang sedang dibaca.  

Enam (6) Sebab Kegagalan Menjadi Pembaca yang Baik
  1. Membaca teori tanpi aksi. Satu langkah aksi lebih baik daripada seribu teori. Membaca adalah membangun teori di dalam diri. Akan tetapi semua itu tidak akan berguna jika tidak diaplikasikan dalam kehidupan keseharian. Kualitas manusia akan meningkat manakala aktivitas membaca ini dibuktikan dalam kehidupan. Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang jika orang-orang yang membaca ini menjalankan hasil bacaannya di kehidupan.  
  2. Membaca hal yang tidak disukai dan tidak dipahami. Membaca hal yang tidak terikat dengan kebutuhan akan menjemukan dan melelahkan. Kesalahan pokok para pembaca adalah membaca sesuatu yang tidak sesuai dengan tujuan untuk apa dirinya membaca sesuatu. Ibarat orang berjalan-jalan ke suatu tempat tetapi tidak tahu dimana tujuan sesungguhnya dari perjalanannya itu.   
  3. Cepat berpuas diri setelah menyelesaikan bacaan. Jangan menjadi pembaca yang hanya berhasil membaca beberapa buku atau tulisan. Lihatlah berapa banyak buku-buku atau karya manusia yang belum terbaca di perpustakaan. Teruslah membaca selama mata dan pikiran masih bisa menyerap dan merekam ilmu pengetahuan. 
  4. Mudah putus asa membaca hal yang berat. Orang yang mudah putus asa tidak akan pernah maju. Membaca hal yang berat sesuai disiplin ilmu membutuhkan kerja keras karena tidak mudah dipahami. Membaca rumus dan teorema tertentu membutuhkan ketekunan dan kegigihan tanpa batas untuk menguasainya.
  5. Tidak sadar manfaat dari membaca. Orang yang tidak sadar akan apa yang dilakukannya adalah orang mabuk. Akibat seseorang tidak mampu melihat kebermanfaatan dari aktivitas membaca, maka dirinya akan mudah menghentikan proses membaca. Akhirnya dirinya tidak sanggup menggali bacaan tersebut dan tidak berhasil menguasai ilmu didalamnya.
  6. Tidak yakin dan tidak percaya diri untuk membaca. Seorang pembaca harus bisa mengelola diri dan membaca kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam aktivitas membacanya. Jangan terfokus pada kelemahan, tetapi maksimalkan keunggulan atau kekuatan dan peluang untuk membaca ilmu pengetahuan sehingga mampu menginspirasi pemikiran dan menciptakan pergerakan yang dapat merubah gelap kepada terang, mengganti kebodohan dengan kecerdasan, kemunduran menjadi kemajuan, dan keterpurukan berubah menjadi kedamaian dan kesejahteraan.  
  
     Itulah elemen dasar, giat, dan kiat membaca. Membaca adalah jendela dunia. Setiap insan akan mengenal dunia dan mengelilinginya dengan aktivitas membaca. Ilmu pengetahuan dunia dapat dibuka melalui aktivitas membaca dengan memanfaatkan mata dan pikiran manusia. Ilmu alam harus dipelajari oleh manusia agar dirinya mampu menjadi pemakmur-pemakmurnya. Bukan sebaliknya, menjadi manusia bodoh yang merusak alam lingkungan tanpa dasar ilmu-Nya. Manusia berpeluang menjadi satu diantara keduanya. Satu-satunya jalan agar manusia menjadi berkat dan sesuai kehendak-Nya adalah membaca dan membaca.
     Membaca adalah bernafas untuk menghirup udara pengetahuan. Manusia akan mati tanpa nafas ilmu yang menjadi energi penggerak kehidupan. Manusia harus bisa men-download ilmu-Nya yang ada pada alam kemudian meng-upload untuk kebermanfaatan alam melalui instrumen yang dianugerahkannya yaitu mata, telinga dan pikiran. Ketiga sarana elementer inilah yang harus dioptimalkan agar fungsi dan tujuan penciptaan manusia dapat tercapai. Manusia harus menjadi wakil-Nya di muka bumi untuk berbuat kasih dan sayangnya kepada sesama manusia dan makhluk lainnya. Kualitas dan derajat manusia seperti ini hanya dapat tercipta apabila dirinya menggenapi perintah firman-Nya “iqra”, membaca dan memaca. Itulah bentuk tanggungjawab utama seorang manusia yang diberkati dengan perangkat yang serba sempurna. Oleh karena itu, mulailah membaca dari sekarang, mulai dari diri sendiri dan mulai dari yang paling mudah. Selamat membaca. 

2 komentar:

  1. Alhamdulillah bung.. serba banyak manfaat yg dikongsikan.. semoga dgn perkongsian ini menjadi sesuatu yg bermanfaat bagi tujuan kita bersama.. semoga ketemu kita disuatu masa.

    BalasHapus