Filsafat
Dasar Membaca
Allah, Pencipta Semesta Alam
menganugerahkan kesempurnaan karya ciptaan kepada makhluk yang bernama manusia.
Dia mencetak manusia sesuai dengan potret diri-Nya. Manusia diberikan struktur
fisik yang paling lengkap dari segala makhluk ciptaan lainnya. Ia dikaruniai
perangkat keras dan lunak dari ujung kepala sampai ujung kaki. Instrumen
inderawi dan alat pemroses kecerdasan akal pikiran juga disematkan pada diri
makhluk paling sempurna di muka bumi ini.
Tentu saja, Sang Maha Pencipta
mempunyai tujuan pokok memberikan kesempurnaan perangkat pada diri manusia. Dia
akan meminta pertanggungjawaban atas segala nikmat dan karunia yang diberikan
kepada makhluk berdiri tegak itu. Semua bagian tubuh manusia akan dimintai
pertanggungjawaban atas kebermanfaatan apa saja dari bagian tubuhnya itu
digunakan pada masanya hidup di muka bumi. Mata, telinga, dan otak atau akal
pikiran sebagai obyek vital manusia juga tidak terlepas dari tuntutan dan
maksud dari Sang Pencipta atas ciptaannya itu.
Ada sebuah relasi dan hubungan yang
tidak terpisahkan antara tujuan penciptaan manusia dengan perangkat tubuh
manusia. Semua bagian tubuh manusia mempunyai fungsi untuk merealisasikan
tujuan utama manusia itu dicipta. Manusia dicptakan untuk mengabdi dengan benar
kepada-Nya. Oleh karena itu, manusia harus memahami ilmu-Nya dengan
memanfaatkan sarana dan prasarana dari bagian tubuh yang diberikannya. Maka
sangatlah wajar jikalau Sang Pencipta mengutuk manusia yang tidak
mengoptimalkan panca indera seperti mata, telinga atapun akal pikirannya.
Satu bagian tubuh yang sangat
fundamental adalah mata. Mata adalah pelita tubuh. Mata adalah instrumen utama
untuk mempelajari ilmu. Ilmu diperoleh dari aktivitas “membaca” baik membaca
tulisan maupun membaca fenomena alam, yang keduanya membutuhkan instrumen “mata”.
Oleh sebab itu, Dia akan melaknat manusia yang tidak menggunakan mata-nya untuk
membaca dan mencari pengetahuan ilmu-Nya. Dengan demikian, sangat wajar jikalau
Allah Tuan Semesta Alam yang telah memberikan mata kemudian memerintahkan
kepada manusia untuk membaca, sebagaimana dinyatakan Kitab-Kitab Allah berikut
ini.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq (96): 1-5)
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut
kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak
membaca dari Alkitab. (Lukas 4: 16)
Carilah di dalam kitab TUHAN dan bacalah: Satu pun dari semua
makhluk itu tidak ada yang ketinggalan dan yang satu tidak kehilangan yang
lain; sebab begitulah perintah yang keluar dari mulut TUHAN, dan Ruh TUHAN
sendiri telah mengumpulkan mereka. (Yesaya
34: 16)
Dalam firman Allah baik ada di dalam Al-Quran, Injil dan Taurat di
atas menunjukkan filsafat dasar bahwa aktivitas membaca merupakan sebuah
tradisi atau kebiasaan yang menjadi perintah-Nya. Hal ini membuktikan bahwa
membaca menjadi prasyarat dan karakter dari orang-orang yang mensyukuri
nikmatnya. Oleh sebab itu, marilah membaca dan terus membaca untuk meningkatkan
kualitas diri dan memahami ilmu yang membentang dari segala ufuk bumi. Manusia
diamanatkan untuk menjadi “khalifah” atau pemakmur bumi sehingga harus mengenal
“nama-nama” atau “isme” dan “ilmu” yang tersimpan dan tersirat di alam semesta.
Satu langkah awal untuk menguasai ilmu adalah membaca dan membaca.
5W + 1H
Membaca
Untuk mengenal dan memahami arti
pentingnya membaca, maka terlebih dahulu mengerti definisi konseptual apa
(what) itu membaca. Menurut Kamus Bahasa
Indonesia, definisi membaca yaitu
melihat dan paham isinya, bisa dengan melisankan atau dalam hati saja. Membaca adalah proses atau kegiatan yang mengandung unsur fisik dan mental
untuk memberikan makna dari simbol-simbol yang visual. Selain itu, pengertian
membaca adalah mendapatkan
pengetahuan dan informasi sehingga terjadi peningkatan daya pikiran, mempertajam
pandangan, dan menambah wawasan. Sementara itu, pengertian membaca dari segi
linguistik adalah suatu proses penyandian kembali dan pembahasan sandi (a recording and decoding
process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru
melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah
menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning)
yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Tarigan,
1984:8).
Membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang
bersifat fisik atau proses mekanis berupa kegiatan mengamati tulisan secara
visual oleh mata. Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis
yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi ketika indera visual
mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke pusat kesadaran melalui sistem
syaraf. Melalui proses decoding gambar-gambar, bunyi, dan kombinasinya itu
kemudian diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna sesuai dengan pengetahuan
dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang atau memori ingatan otak manusia.
Dengan kata lain, aktivitas membaca adalah kegiatan yang melibatkan instrumen
utama manusia yaitu mata dan pikiran manusia.
Setiap insan manusia dapat membaca kapan saja.
Kapan (when) waktu ideal membaca? Tentu saja setiap manusia mempunyai
waktu khusus dan istimewa untuk memudahkan aktivitas ini. Ada seseorang membaca
dengan muda pada siang hari, tetapi ada juga orang lain mudah menerima input
membaca pada malam hari. Secara prinsip, karena membaca membutuhkan konsentrasi
untuk menghasilkan memori, tentu saja aktivitas membaca membutuhkan ruang dan
waktu tertentu. Pemilihan waktu khusus ini sangat tergantung dari para pembaca,
dapat memilih siang hari maupun malam hari, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
yang ada. Yang penting, membaca harus fokus dan rileks.
Pertanyaan selanjutnya, dimana (where)
aktivitas membaca dapat dilaksanakan? Membaca bisa dilakukan dimana saja,
tempat apa saja, dan ruang apapun. Satu-satunya tempat yang tidak bisa
digunakan membaca hanya di kolam renang. Ruang-ruang pribadi maupun ruang
publik dapat dimaksimalkan untuk mendayung informasi melalui aktivitas membaca.
Banyak orang-orang besar justru mendapatkan inspirasi dari membaca di tempat-tempat
yang tidak umum seperti di toilet, gudang, gunung, pesawat, kapal laut dan tempat-tempat
lain yang memungkinkan untuk membuka buku. Jadi, tidak ada celah karena ruang
membaca ini seluas langit dan bumi.
Selanjutnya, untuk siapa aktivitas membaca ini
ditujukan? Tentu saja setiap manusia yang mempunyai mata dan pikiran hendaknya
membaca. Selain membaca adalah perintah Allah, sekaligus wujud syukur dengan
kelengkapan indera dari-Nya, maka sudah barang tentu setiap insan terikat untuk
membaca. Tidak ada manusia di muka bumi ini yang tidak membaca, sekalipun orang
buta juga membaca dengan huruf braile. Tidak mungkin ada profesor kalau tidak
membaca, tidak ada dokter tanpa membaca, tidak akan ada Nabi dan Rasul
sekalipun tanpa aktivitas membaca. Justru kehadiran para Nabi dan Rasul Allah
mengajarkan manusia untuk membaca. Lebih hebatnya lagi, para utusan Allah
tersebut meninggalkan Kitab Suci yang tujuan utamanya agar umat setelahnya bisa
membacanya agar tidak tersesat dari jalan kebenaran. Tidak hanya itu, banyak
buku dan karya-karya manusia lainnya ditinggalkan agar menjadi bahan bacaan
bagi generasi selanjutnya. Jika artefak peninggalan tersebut tidak dibaca, tentu
dunia ini akan kembali redup sebagaimana abad kegelapan “Dark Ages”
dahulu kala.
Kenapa (why) setiap manusia harus membaca? Membaca
adalah menghidupkan dan menyalakan pelita cahaya insan manusia. Jikalau tidak
ada lagi manusia yang membaca buku atau membaca keadaan untuk menciptakan
teknologi dan peradaban, maka dunia ini akan kembali pada kondisi kebodohan dan
kejahiliyahan. Membaca adalah melawan kebodohan dan ketertindasan. Semua
pergerakan dan perjuangan dimulai dari gerakan membaca. Bahkan Muhammad
Rasulullah sendiri pada awal gerakan revolusi akidah dimulai dari aktivitas
penggenapan membaca “iqra”. Tanpa membaca kondisi alam dan membaca ilmu Allah
dalam kitab suci-Nya, maka Muhammad tidak mungkin bisa mengeluarkan perbudakan
dan kezaliman kepada kemerdekaan dan kecerdasan. Kejayaan peradaban sangat
ditentukan oleh seberapa banyak komunitas manusia kala itu gemar akan membaca
dan menulis ilmu-Nya.
Pertanyaan terakhir, bagaimana (how) cara
membaca yang baik dan benar? Tentu saja semua hal harus berdasar ilmu. Membaca
juga ada ilmunya. Membaca tidak sekedar membunyikan huruf ataupun melihat
susunan baris antar kata, kalimat maupun paragraf. Membaca membutuhkan kesiapan
dan kebugaran fisik agar mata dapat optimal menyerap informasi dibalik simbol
gambar ataupun kata. Kesiapan mental “mood booster” harus selalu terjaga
sehingga otak atau kesadaran mampu menerima input hasil serapan mata yang
dikirim ke otak melalui sistem syaraf. Membaca yang benar akan menghasilkan out
put berupa tambahan arsip memori dan peningkatkan kualitas ilmu pengetahuan
dalam dirinya. Untuk teknik membaca sendiri banyak beragama jenisnya, ada
teknik membaca cepat atau kilat dan membaca lambat. Selain itu, seorang pembaca
harus mampu memotivasi diri guna membangun konsistensi dan keberlanjutan
aktivitas membaca.
Enam (6) Giat
Menggairahkan Untuk Membaca
- Membaca sebagai bentuk pengabdian kepada Sang Pencipta. Seorang pembaca harus sadar bahwa dirinya dicipta oleh Sang Pencipta dengan tujuan utama untuk mengabdi. Salah satu unsur pengabdian adalah membaca untuk mengetahui ilmu-Nya. Seorang manusia dilarang melakukan tanpa dasar ilmu. Dengan kata lain, seorang manusia tidak bisa mengabdi tanpa membaca. Orang yang membaca akan mendapatkan ganjaran sementara orang malas membaca akan mendapat kutukan.
- Membaca sebagai pembeda dan pengungkit nilai diri. Manusia dinilai dari derajat kualitas keilmuannya. Profesor, Panglima, Presiden, Ulama adalah gelar tertinggi dari suatu jabatan yang menuntut kualitas keilmuan yang maksimal pada bidangnya masing-masing. Tidak mungkin “bintang lima” diperoleh secara tiba-tiba tanpa melalui aktivitas membaca dan bekerja keras. Allah menempatkan manusia secara berjenjang dan bertingkat sesuai dengan tinggi rendahnya derajat ilmunya. Manusia yang cerdas berbeda dengan manusia bodoh. Seorang yang gemar membaca pasti berbeda dengan orang yang tidak pernah membaca.
- Membaca sebagai bentuk perlawanan. Salah satu hal paling mudah untuk melawan penjajah adalah melawan kebodohan. Kecerdasan akan mampu menggiring manusia berjuang untuk melepaskan diri dari jerat imperialisme pikiran. Satu-satunya hal yang bisa melawan imperialisme adalah membaca ilmu pengetahuan dan menggerakan manusia di atas jalan pengetahuan tersebut. Dalam banyak sejarah telah menunjukkan bahwa perguliran peradaban sangat ditentukan oleh kualitas pemimpin yang selalu gemar membaca ilmu pengetahuan.
- Membaca untuk menjaga ideologi dan generasi. Unsur pokok untuk menjaga ideologi dan generasi menggunakan media tulisan dan bacaan. Kitab suci dibuat agar generasi berikut dapat membacanya dan hidup sesuai dengan pedoman dan petunjuk di dalamnya. Begitu juga dengan karya ilmiah seperti Skripsi, Tesis, dan Disertasi dibuat dan ditinggalkan agar mahasiswa setelahnya mampu mengembangkan keilmuan atas dasar penelitian yang telah dibaca dari karya yang ditinggalkannya itu. Perawi Hadist juga berfikir demikian agar para pembacanya dapat melanggengkan cara hidup dari orang yang diriwayatkannya itu.
- Membaca untuk menghidupkan Orang Mati. Orang mati itu bukan sekedar mati fisik, tetapi orang mati adalah orang bodoh yang tidak mempunyai ilmu. Orang mati tidak bisa melakukan apapun, begitu juga dengan orang bodoh tidak bisa membuat sesuatu. Orang mati pikirannya atau orang bodoh dapat dihidupkan manakala mau belajar dan aktif membaca ilmu pengetahuan. Dengan membaca dirinya akan mengenal dan mengetahui sesuatu, sehingga dengan pengetahuannya itu dirinya bisa melakukan sesuatu. Dengan bisa melakukan sesuatu berarti dirinya telah hidup secara akal pikiran atau kesadarannya. Itulah hakikat membaca untuk menghidupkan.
- Membaca itu bernafas. Manusia akan mati jikalau tidak bernafas dengan oksigen. Ilustrasi ini juga bisa dimaknai bahwa manusia akan mati jikalau tidak membaca. Membaca adalah aktivitas bernafas menghirup pengetahuan untuk dijadikan energi guna mengarungi gerak kehidupan. Manusia akan mati tanpa pengetahuan. Manusia tidak akan tahu apa-apa jika tidak bernafas menghirup sari-sari oksigen pengetahuan yang menjadi dasar kehidupan manusia di alam yang serba membutuhkan ilmu pengetahuan ini.
Enam (6) Kiat
Menjadi Pembaca Produktif
- Motivasi dan selalu bersemangat untuk membaca. Tancapkan dalam kesadaran bahwa tidak ada ruginya manusia selalu membaca. Semangat adalah daya dorong agar setiap diri bisa mengkondisikan dan memompa diri untuk menimba ilmu dengan membaca. Daya ungkit motivasi ini akan menjadikan orang gemar membaca.
- Waktu khusus untuk membaca. Semua orang yang berhasil dan sukses selalu bisa memanfaatkan dan menghargai waktu untuk membaca. Aktivitas membaca membutuhkan waktu-waktu khusus untuk melakukannya. Cari waktu yang tepat untuk membaca secara rutin dan berkelanjutan.
- Bacalah materi atau disiplin ilmu tertentu. Setiap manusia mempunyai spesialisasi atau keunggulan tertentu. Paculah kualitas keilmuan diri dengan selalu membaca hal-hal yang terkait dengan disiplin ilmu yang digeluti. Yakinlah bahwa ilmu itu tidak terbatas dan selalu tersimpan dalam balutan alam semesta. Semakin ilmu digali maka semakin dalam kualitas kelimuan dari materi tersebut.
- Bacalah hal-hal menarik dan menyenangkan. Membaca tidak harus monoton dengan materi yang berat dan ilmiah. Sesekali bacalah hal-hal yang ringan dan lucu atau menarik. Hasil bacaan ini sangat penting untuk fungsi rekreasi. Otak membutuhkan sarana refleksi guna meningkatkan memori yang bersifat temporer.
- Inventarisasi ilmu dari hasil membaca. Catatlah materi keilmuan yang terkait dengan disilin peningkatkan diri. Tulisan ini akan membantu untuk inventarisasi keilmuan di dalam memori pikiran. Penyerapan memori otak membutuhkan media tulisan selain hanya mengandalkan mata. Dengan begitu, hasil membaca akan menambah daya ingat dan memori pengetahuan di dalam otak manusia. Itulah bedanya manusia dengan monyet, didalam otak manusia ada ilmu pengetahuan sementara di dalam orang monyet hanya insting natural hewaniah.
- Eksplorasi gaya membaca untuk membentuk gaya baca. Kekhasan dan kebiasaan membaca bukan dibentuk oleh aktivitas membaca. Jika ingin menjadi pembaca handal dan cepat, maka satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah membaca dengan cepat. Kemampuan membaca sangat tergantung dengan latihan. Membaca lambat atau membaca kilat sangat tergantung dengan kebutuhan akan bahan bacaan yang sedang dibaca.
Enam (6) Sebab
Kegagalan Menjadi Pembaca yang Baik
- Membaca teori tanpi aksi. Satu langkah aksi lebih baik daripada seribu teori. Membaca adalah membangun teori di dalam diri. Akan tetapi semua itu tidak akan berguna jika tidak diaplikasikan dalam kehidupan keseharian. Kualitas manusia akan meningkat manakala aktivitas membaca ini dibuktikan dalam kehidupan. Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang jika orang-orang yang membaca ini menjalankan hasil bacaannya di kehidupan.
- Membaca hal yang tidak disukai dan tidak dipahami. Membaca hal yang tidak terikat dengan kebutuhan akan menjemukan dan melelahkan. Kesalahan pokok para pembaca adalah membaca sesuatu yang tidak sesuai dengan tujuan untuk apa dirinya membaca sesuatu. Ibarat orang berjalan-jalan ke suatu tempat tetapi tidak tahu dimana tujuan sesungguhnya dari perjalanannya itu.
- Cepat berpuas diri setelah menyelesaikan bacaan. Jangan menjadi pembaca yang hanya berhasil membaca beberapa buku atau tulisan. Lihatlah berapa banyak buku-buku atau karya manusia yang belum terbaca di perpustakaan. Teruslah membaca selama mata dan pikiran masih bisa menyerap dan merekam ilmu pengetahuan.
- Mudah putus asa membaca hal yang berat. Orang yang mudah putus asa tidak akan pernah maju. Membaca hal yang berat sesuai disiplin ilmu membutuhkan kerja keras karena tidak mudah dipahami. Membaca rumus dan teorema tertentu membutuhkan ketekunan dan kegigihan tanpa batas untuk menguasainya.
- Tidak sadar manfaat dari membaca. Orang yang tidak sadar akan apa yang dilakukannya adalah orang mabuk. Akibat seseorang tidak mampu melihat kebermanfaatan dari aktivitas membaca, maka dirinya akan mudah menghentikan proses membaca. Akhirnya dirinya tidak sanggup menggali bacaan tersebut dan tidak berhasil menguasai ilmu didalamnya.
- Tidak yakin dan tidak percaya diri untuk membaca. Seorang pembaca harus bisa mengelola diri dan membaca kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam aktivitas membacanya. Jangan terfokus pada kelemahan, tetapi maksimalkan keunggulan atau kekuatan dan peluang untuk membaca ilmu pengetahuan sehingga mampu menginspirasi pemikiran dan menciptakan pergerakan yang dapat merubah gelap kepada terang, mengganti kebodohan dengan kecerdasan, kemunduran menjadi kemajuan, dan keterpurukan berubah menjadi kedamaian dan kesejahteraan.
Itulah elemen dasar, giat, dan kiat
membaca. Membaca adalah jendela dunia. Setiap insan akan mengenal dunia dan
mengelilinginya dengan aktivitas membaca. Ilmu pengetahuan dunia dapat dibuka
melalui aktivitas membaca dengan memanfaatkan mata dan pikiran manusia. Ilmu
alam harus dipelajari oleh manusia agar dirinya mampu menjadi
pemakmur-pemakmurnya. Bukan sebaliknya, menjadi manusia bodoh yang merusak alam
lingkungan tanpa dasar ilmu-Nya. Manusia berpeluang menjadi satu diantara keduanya.
Satu-satunya jalan agar manusia menjadi berkat dan sesuai kehendak-Nya adalah
membaca dan membaca.
Membaca adalah bernafas untuk menghirup
udara pengetahuan. Manusia akan mati tanpa nafas ilmu yang menjadi energi
penggerak kehidupan. Manusia harus bisa men-download ilmu-Nya yang ada
pada alam kemudian meng-upload untuk kebermanfaatan alam melalui
instrumen yang dianugerahkannya yaitu mata, telinga dan pikiran. Ketiga sarana
elementer inilah yang harus dioptimalkan agar fungsi dan tujuan penciptaan
manusia dapat tercapai. Manusia harus menjadi wakil-Nya di muka bumi untuk
berbuat kasih dan sayangnya kepada sesama manusia dan makhluk lainnya. Kualitas
dan derajat manusia seperti ini hanya dapat tercipta apabila dirinya menggenapi
perintah firman-Nya “iqra”, membaca dan memaca. Itulah bentuk tanggungjawab
utama seorang manusia yang diberkati dengan perangkat yang serba sempurna. Oleh
karena itu, mulailah membaca dari sekarang, mulai dari diri sendiri dan mulai
dari yang paling mudah. Selamat membaca.
Mantabz mister��
BalasHapusAlhamdulillah bung.. serba banyak manfaat yg dikongsikan.. semoga dgn perkongsian ini menjadi sesuatu yg bermanfaat bagi tujuan kita bersama.. semoga ketemu kita disuatu masa.
BalasHapus