Kamis, 27 Juli 2017

PETA JALAN KEBENARAN MENCAPAI TUJUAN KEHIDUPAN





Seluruh Makhluk Memiliki Tujuan Penciptaan
Setiap makhluk hidup terikat dengan tujuan kehidupannya. Tiada ciptaan di alam semesta tanpa mempunyai fungsi dan peranan dalam siklus hidup dan kehidupan yang berjalan. Dirinya ada karena keberadaan dari anggota makhluk lainnya yang saling tergantung dan terkoneksi dalam suatu tatanan universal di jagad raya. Rangkaian kebersamaan antar makhluk-makhluk ini berjalan secara kolektif dan sinergis pada lintasan yang benar menuju satu tujuan kehidupan, yakni kedamaian dan kesejahteraan alam semesta.

Tentu saja, satu diantara segala makhluk yang menjadi bagian dari alam, yaitu manusia juga terikat dan terkait dalam sinkronisasi orkestra perjalanan untuk mencapai tujuan penciptaannya. Manusia tidak bisa hidup bebas dengan berjalan secara radikal tanpa aturan yang benar, karena jika demikian tidak akan mencapai kedamaian dan kesejahteraan, melainkan suatu tatanan kehidupan yang bersifat permusuhan, perbudakan, peperangan yang berujung ketidakadilan dan kemiskinan, anti thesis dari tujuan manusia diciptakan.

Segala makhluk hidup pada alam sudah berjalan pada jalur orbit ketetapan yang diberikan sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Mereka bergerak sesuai dengan perintah dan aturan yang digariskan. Tidak ada hewan maupun tumbuhan yang menyimpang dari jalan kebenaran yang diundangkan atas dirinya. Makhluk telah tunduk dan patuh pada lintasan jalan pengabdian sehingga tercipta keselarasan, keseimbangan, keharmonisan dan keteraturan hidup dan kehidupan pada lingkungan ekosistem alam.

Manusia hendaknya mencontoh perilaku jalan hidup sebagaimana jalan hidup makhluk pada alam. Bedanya, manusia ini diberikan kebebasan dari Sang Pencipta alam untuk memilih jalan hidupnya. Manusia dibiarkan bebas memilih lintasan hidupnya, walaupun terikat dengan konsekuensi sebab akibat dari pilihan jalan hidupnya itu. Jalan hidup manusia hanya ada dua, yaitu Jalan Kebenaran menuju kedamaian-kesejahteraan dan Jalan Kesesatan yang mengajak kepada kebinasaan-kehancuran peradaban. Keduanya bersifat bioritmik, saling bergiliran dan eksis sesuai dengan ruang, masa dan waktu ketetapan-Nya.

Definisi Peta Perjalanan Menuju Tujuan
Ibarat orang berjalan, hal yang paling dasar untuk menjadi kesadaran adalah seseorang itu harus mengetahui jalan atau lintasan yang akan digunakan serta memahami benar alamat tujuan dari perjalanannya. Sebagai contoh, seorang yang berasal dari Magelang akan berjalan menuju tujuan perjalananya di Monas Jakarta. Hal pertama yang harus diketahui adalah rute perjalanan, sarana perjalanan, dan diskrispi situasi Monas yang menjadi motivasi perjalanannya. Jika seseorang tidak mengetahui jalan menuju Monas, maka sudah bisa dipastikan dirinya akan tersesat tidak sampai kepada tujuan, dirinya tidak bisa menikmati apa yang menjadi cita-citanya menuju Monas di Jakarta. Untuk itu dirinya membutuhkan peta atau petunjuk perjalanan berupa atlas atau globe secara manual, ataupun “peta digital” berbasis aplikasi seperti “waze” maupun “google map” yang akan menuntun dirinya mencapai tujuan perjalanan.

Sama halnya dengan hidup dan kehidupan. Manusia harus mengetahui tujuan terminal akhirnya diirinya diciptakan oleh Tuhan Semesta Alam. Dirinya harus mencari dan menemukan jalan yang benar agar bisa mencapai tujuan kehidupan, tidak tersesat dan sia-sia dalam menjalani kehidupan. Manusia membutuhkan “peta imajiner” yang akan menunjuki jalan kebenaran menuju kepada kedamaian dan kesejahteraan. Tanpa peta atau pedoman jalan yang benar dirinya akan tersesat tidak mencapai kepada hakikat dirinya diciptakan.      

Dari sini, manusia harus mengerti benar perihal definisi apa itu peta, jalan, kebenaran, dan tujuan kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peta adalah gambar atau lukisan pada kertas dan sebagainya yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya; representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat, seperti batas daerah, sifat permukaan; denah. Pengertian jalan adalah (1) tempat untuk lalu lintas orang; (2) perlintasan (dari suatu tempat ke tempat lain); (3) yang dilalui atau dipakai untuk keluar masuk; (4) lintasan orbit. Sementara itu, definisi kebenaran adalah (1) keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya; (2) sesuatu yang sungguh-sungguh (benar-benar) ada; (3) kelurusan hati; kejujuran; (4) izin; persetujuan; perkenan; (5) kebetulan. 

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa “peta jalan kebenaran” adalah gambar atau tulisan dalam berbagai bentuk untuk merepresentasikan jalan atau lintasan yang sebenar-benarnya dan sunguh-sungguh sesuai keadaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Peta jalan kebenaran ini terdapat dua macam yaitu peta dalam arti fisik dan peta non fisik. Peta fisik adalah gambaran visual yang bisa diakses oleh mata untuk memberi petunjuk lokasi tujuan suatu perjalanan. Peta non fisik adalah gambaran konsepsi yang bersifat teori untuk memberikan pedoman dan penuntun dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Baik peta fisik maupun non fisik memiliki petunjuk dan rambu-rambu lintasan yang harus diikuti dengan benar sehingga dapat mencapai lokasi tujuan. Karena jika salah membaca peta perjalanan, maka seseorang akan tersesat tidak sampai kepada tujuan.

Peta ini berfungsi untuk mengetahui dan mengukur keberadaan secara teoritis dengan kondisi real di lapangan saat menempuh perjalanan. Gambaran peta ini akan memastikan seseorang tetap berjalan pada lintasannya atau berbelok dan berbalik arah menjauhi tujuan. Kebedaraan peta ini bisa memastikan linieritas keterpanduan seseorang dalam melintasi jalur yang benar sesuai dengan pilihan jalan yang dilaluinya. Tanpa sebuah peta, maka tidak akan diketahui sampai dimana dan seberapa jauh lagi perjalanan akan sampai pada lokasi tujuan. Peta ini akan menjadi pedoman dan penilai suatu perjalanan tetap pada garis edarnya atau keluar dari rute etape yang telah ditentukan. Rambu-rambu peta akan mengarahkan setiap langkah perjalanan sehingga tetap konsisten menuju titik lokasi yang menjadi tujuan.     

Peta Jalan Kebenaran Menuju Kedamaian dan Kesejahteraan
Peta Jalan Kebenaran yang bersifat konsepsi ini terdapat pada kitab suci dari masing-masing agama atau sistem kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sang Pencipta sudah barang tentu memberikan pedoman dan petunjuk bagi manusia untuk mencapai tujuan penciptaan dirinya. Namun demikian, terkadang banyak diantara manusia tidak bersedia membaca “Peta Jalan Kebenaran” dengan teliti dan komprehensif, sehingga dirinya tidak mampu mencerna dan memaknai hakikat dari Jalan Kebenaran yang telah Dia sediakan untuk manusia. Manusia tidak mampu mengoptimalkan perangkat visual, auditori dan intelektualitas berfikirnya sehingga terjebak pada Jalan Kesesatan yang berujung kepada kebinasaan dan kebodohan.

Peta Jalan Kebenaran yang selalu diminta oleh kebanyakan manusia termanifestasi dalam nilai-nilai hakikat dari tulisan kitab suci. Jalan Kebenaran merupakan jalan hidup yang pernah ditempuh oleh orang-orang yang mendapat nikmat dan anugerah dari Sang Pencipta, bukan jalan dari orang-orang yang mendapat murka atau jalan orang tersesat. Jalan Kebenaran adalah konsepsi lintasan perjuangan yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul Allah dalam menjalankan tugasnya membangun peradaban umat manusia yang penuh kedamaian dan kesejahteraan. Anti thesis dari jalan ini adalah Jalan Kesesatan yang pernah dilalui oleh musuh para Rasul Allah yang mengajak manusia menuju kepada kegelapan dan keterjajahan antar bangsa-bangsa. Kedua jalan ini akan selalu menjadi “peta” bagi generasi yang terus bergumul sepanjang umat manusia.

Tinggal manusia hari ini harus memilih, menggunakan “Peta Jalan Kebenaran” atau “Peta Jalan Kesesatan”. Semua peta ini akan memberikan jalan atau konsepsi teori yang mulus menuju tujuannya masing-masing. Jalan Kebenaran menjamin manusia sampai kepada hakikat tujuan penciptaanya, sementara Jalan Kesesatan memastikan manusia sampai kepada laknat dan murka dari Sang Pencipta. Manusia bebas memilih tetapi tidak bebas dari konsekuensi pilihan. Jika ingin menuju kepada kehidupan yang penuh kedamaian dan kesejahteraan, maka pakailah rumusan “peta pikiran” Jalan Kebenaran dari orang-orang yang telah berhasil membangkitkan peradaban yang diridhai-Nya. Namun jika menghendaki model kehidupan penjajahan dan kebinasaan, maka gunakanlah “peta imajiner” Jalan Kesesatan seperti halnya jalan hidup Iblis, Firaun, Herodes, Abu Jahal, maupun manusia terkutuk lainnya sepanjang sejarah peradaban umat manusia.       

Konsistensi seorang manusia atau kelompok kolektif gabungan manusia telah memilih “Peta Jalan Kebenaran” sebagai konsepsi lintasan perjalanan yang ditempuh dalam mencapai tujuan kehidupannya, maka teori konseptual ini akan selalu menuntun dan memberi pedoman rambu-rambu lalu lintas dalam mengarungi perjalanannya. Peta ini akan menjadi penunjuk dan penuntun sekaligus koreksi apabila dalam berjalan telah keluar garis atau rute yang ditetapkan, sehingga dapat segera kembali kepada jalur yang benar. Ketahanan, keuletan, kegigihan, kesabaran, dan kemampuan mengoptimalkan segala sumber daya kelompok dalam menjalani setiap halangan dan rintangan dalam melintasi orbit etape “Peta Jalan Kebenaran” ini, maka sudah dapat dipastikan bahwa kelompok atau komunitas tersebut akan sampai kepada tujuan dan cita-cita kehidupannya membangun peradaban baru yang penuh kedamaian dan kesejahteraan. Sang Pencipta yang mencipta dirinya pasti ridha atas jalan hidup yang ditempuh sesuai dengan peta imajiner non-fisik yang diajarkannya itu. Selamat belajar membaca peta dan semoga bisa sama-sama berkaca.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar