Seluruh Makhluk Memiliki Tujuan
Penciptaan
Setiap makhluk hidup terikat dengan
tujuan kehidupannya. Tiada ciptaan di alam semesta tanpa mempunyai fungsi dan
peranan dalam siklus hidup dan kehidupan yang berjalan. Dirinya ada karena
keberadaan dari anggota makhluk lainnya yang saling tergantung dan terkoneksi
dalam suatu tatanan universal di jagad raya. Rangkaian kebersamaan antar
makhluk-makhluk ini berjalan secara kolektif dan sinergis pada lintasan yang
benar menuju satu tujuan kehidupan, yakni kedamaian dan kesejahteraan alam
semesta.
Tentu saja, satu diantara segala
makhluk yang menjadi bagian dari alam, yaitu manusia juga terikat dan terkait
dalam sinkronisasi orkestra perjalanan untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Manusia tidak bisa hidup bebas dengan berjalan secara radikal tanpa aturan yang
benar, karena jika demikian tidak akan mencapai kedamaian dan kesejahteraan,
melainkan suatu tatanan kehidupan yang bersifat permusuhan, perbudakan,
peperangan yang berujung ketidakadilan dan kemiskinan, anti thesis dari tujuan
manusia diciptakan.
Segala makhluk hidup pada alam
sudah berjalan pada jalur orbit ketetapan yang diberikan sesuai tugas dan
fungsinya masing-masing. Mereka bergerak sesuai dengan perintah dan aturan yang
digariskan. Tidak ada hewan maupun tumbuhan yang menyimpang dari jalan
kebenaran yang diundangkan atas dirinya. Makhluk telah tunduk dan patuh pada
lintasan jalan pengabdian sehingga tercipta keselarasan, keseimbangan, keharmonisan
dan keteraturan hidup dan kehidupan pada lingkungan ekosistem alam.
Manusia hendaknya mencontoh
perilaku jalan hidup sebagaimana jalan hidup makhluk pada alam. Bedanya,
manusia ini diberikan kebebasan dari Sang Pencipta alam untuk memilih jalan hidupnya.
Manusia dibiarkan bebas memilih lintasan hidupnya, walaupun terikat dengan
konsekuensi sebab akibat dari pilihan jalan hidupnya itu. Jalan hidup manusia
hanya ada dua, yaitu Jalan Kebenaran menuju kedamaian-kesejahteraan dan Jalan
Kesesatan yang mengajak kepada kebinasaan-kehancuran peradaban. Keduanya
bersifat bioritmik, saling bergiliran dan eksis sesuai dengan ruang, masa dan
waktu ketetapan-Nya.
Definisi Peta Perjalanan
Menuju Tujuan
Ibarat orang berjalan, hal yang
paling dasar untuk menjadi kesadaran adalah seseorang itu harus mengetahui
jalan atau lintasan yang akan digunakan serta memahami benar alamat tujuan dari
perjalanannya. Sebagai contoh, seorang yang berasal dari Magelang akan berjalan
menuju tujuan perjalananya di Monas Jakarta. Hal pertama yang harus diketahui
adalah rute perjalanan, sarana perjalanan, dan diskrispi situasi Monas yang
menjadi motivasi perjalanannya. Jika seseorang tidak mengetahui jalan menuju
Monas, maka sudah bisa dipastikan dirinya akan tersesat tidak sampai kepada
tujuan, dirinya tidak bisa menikmati apa yang menjadi cita-citanya menuju Monas
di Jakarta. Untuk itu dirinya membutuhkan peta atau petunjuk perjalanan berupa
atlas atau globe secara manual, ataupun “peta digital” berbasis aplikasi
seperti “waze” maupun “google map” yang akan menuntun dirinya mencapai tujuan
perjalanan.
Sama halnya dengan hidup dan
kehidupan. Manusia harus mengetahui tujuan terminal akhirnya diirinya diciptakan
oleh Tuhan Semesta Alam. Dirinya harus mencari dan menemukan jalan yang benar
agar bisa mencapai tujuan kehidupan, tidak tersesat dan sia-sia dalam menjalani
kehidupan. Manusia membutuhkan “peta imajiner” yang akan menunjuki jalan
kebenaran menuju kepada kedamaian dan kesejahteraan. Tanpa peta atau pedoman
jalan yang benar dirinya akan tersesat tidak mencapai kepada hakikat dirinya
diciptakan.
Dari sini, manusia harus mengerti
benar perihal definisi apa itu peta, jalan, kebenaran, dan tujuan kehidupan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peta adalah gambar atau lukisan pada
kertas dan sebagainya yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan
sebagainya; representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan
sifat, seperti batas daerah, sifat permukaan; denah. Pengertian jalan adalah (1) tempat untuk lalu lintas orang; (2) perlintasan (dari
suatu tempat ke tempat lain); (3) yang dilalui atau dipakai untuk keluar masuk;
(4) lintasan orbit. Sementara itu, definisi kebenaran adalah
(1) keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan keadaan (hal) yang
sesungguhnya; (2) sesuatu yang sungguh-sungguh (benar-benar) ada; (3) kelurusan
hati; kejujuran; (4) izin; persetujuan; perkenan; (5) kebetulan.
Dari definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa “peta jalan kebenaran” adalah gambar atau tulisan dalam
berbagai bentuk untuk merepresentasikan jalan atau lintasan yang
sebenar-benarnya dan sunguh-sungguh sesuai keadaan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Peta jalan kebenaran ini terdapat dua macam yaitu peta dalam arti
fisik dan peta non fisik. Peta fisik adalah gambaran visual yang bisa diakses
oleh mata untuk memberi petunjuk lokasi tujuan suatu perjalanan. Peta non fisik
adalah gambaran konsepsi yang bersifat teori untuk memberikan pedoman dan
penuntun dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Baik peta fisik maupun non fisik
memiliki petunjuk dan rambu-rambu lintasan yang harus diikuti dengan benar
sehingga dapat mencapai lokasi tujuan. Karena jika salah membaca peta
perjalanan, maka seseorang akan tersesat tidak sampai kepada tujuan.
Peta ini berfungsi untuk
mengetahui dan mengukur keberadaan secara teoritis dengan kondisi real di
lapangan saat menempuh perjalanan. Gambaran peta ini akan memastikan seseorang
tetap berjalan pada lintasannya atau berbelok dan berbalik arah menjauhi
tujuan. Kebedaraan peta ini bisa memastikan linieritas keterpanduan seseorang
dalam melintasi jalur yang benar sesuai dengan pilihan jalan yang dilaluinya.
Tanpa sebuah peta, maka tidak akan diketahui sampai dimana dan seberapa jauh
lagi perjalanan akan sampai pada lokasi tujuan. Peta ini akan menjadi pedoman
dan penilai suatu perjalanan tetap pada garis edarnya atau keluar dari rute
etape yang telah ditentukan. Rambu-rambu peta akan mengarahkan setiap langkah
perjalanan sehingga tetap konsisten menuju titik lokasi yang menjadi tujuan.
Peta Jalan Kebenaran Menuju Kedamaian
dan Kesejahteraan
Peta Jalan Kebenaran yang
bersifat konsepsi ini terdapat pada kitab suci dari masing-masing agama atau
sistem kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sang Pencipta sudah barang tentu
memberikan pedoman dan petunjuk bagi manusia untuk mencapai tujuan penciptaan
dirinya. Namun demikian, terkadang banyak diantara manusia tidak bersedia
membaca “Peta Jalan Kebenaran” dengan teliti dan komprehensif, sehingga dirinya
tidak mampu mencerna dan memaknai hakikat dari Jalan Kebenaran yang telah Dia
sediakan untuk manusia. Manusia tidak mampu mengoptimalkan perangkat visual,
auditori dan intelektualitas berfikirnya sehingga terjebak pada Jalan Kesesatan
yang berujung kepada kebinasaan dan kebodohan.
Peta Jalan Kebenaran yang selalu
diminta oleh kebanyakan manusia termanifestasi dalam nilai-nilai hakikat dari
tulisan kitab suci. Jalan Kebenaran merupakan jalan hidup yang pernah ditempuh
oleh orang-orang yang mendapat nikmat dan anugerah dari Sang Pencipta, bukan
jalan dari orang-orang yang mendapat murka atau jalan orang tersesat. Jalan
Kebenaran adalah konsepsi lintasan perjuangan yang dilakukan oleh para Nabi dan
Rasul Allah dalam menjalankan tugasnya membangun peradaban umat manusia yang
penuh kedamaian dan kesejahteraan. Anti thesis dari jalan ini adalah Jalan Kesesatan
yang pernah dilalui oleh musuh para Rasul Allah yang mengajak manusia menuju
kepada kegelapan dan keterjajahan antar bangsa-bangsa. Kedua jalan ini akan
selalu menjadi “peta” bagi generasi yang terus bergumul sepanjang umat manusia.
Tinggal manusia hari ini harus
memilih, menggunakan “Peta Jalan Kebenaran” atau “Peta Jalan Kesesatan”. Semua
peta ini akan memberikan jalan atau konsepsi teori yang mulus menuju tujuannya
masing-masing. Jalan Kebenaran menjamin manusia sampai kepada hakikat tujuan
penciptaanya, sementara Jalan Kesesatan memastikan manusia sampai kepada laknat
dan murka dari Sang Pencipta. Manusia bebas memilih tetapi tidak bebas dari
konsekuensi pilihan. Jika ingin menuju kepada kehidupan yang penuh kedamaian
dan kesejahteraan, maka pakailah rumusan “peta pikiran” Jalan Kebenaran dari
orang-orang yang telah berhasil membangkitkan peradaban yang diridhai-Nya.
Namun jika menghendaki model kehidupan penjajahan dan kebinasaan, maka
gunakanlah “peta imajiner” Jalan Kesesatan seperti halnya jalan hidup Iblis,
Firaun, Herodes, Abu Jahal, maupun manusia terkutuk lainnya sepanjang sejarah
peradaban umat manusia.
Konsistensi seorang manusia atau
kelompok kolektif gabungan manusia telah memilih “Peta Jalan Kebenaran” sebagai
konsepsi lintasan perjalanan yang ditempuh dalam mencapai tujuan kehidupannya,
maka teori konseptual ini akan selalu menuntun dan memberi pedoman rambu-rambu lalu
lintas dalam mengarungi perjalanannya. Peta ini akan menjadi penunjuk dan penuntun sekaligus koreksi
apabila dalam berjalan telah keluar garis atau rute yang ditetapkan, sehingga
dapat segera kembali kepada jalur yang benar. Ketahanan, keuletan, kegigihan,
kesabaran, dan kemampuan mengoptimalkan segala sumber daya kelompok dalam
menjalani setiap halangan dan rintangan dalam melintasi orbit etape “Peta Jalan
Kebenaran” ini, maka sudah dapat dipastikan bahwa kelompok atau komunitas tersebut akan
sampai kepada tujuan dan cita-cita kehidupannya membangun peradaban baru yang
penuh kedamaian dan kesejahteraan. Sang Pencipta yang mencipta dirinya pasti ridha atas jalan hidup yang ditempuh sesuai dengan peta imajiner non-fisik yang diajarkannya itu. Selamat belajar membaca peta dan semoga bisa sama-sama berkaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar