Minggu, 30 Juli 2017

Makan dan Minum Kita Mencipta Masa Depan Kita





Dimensi Raga dan Jiwa Manusia
Kita adalah kata ganti ketiga jamak dari himpunan manusia. Kita, kami, kamu dan aku adalah manusia yang hidup dalam suatu dimensi kehidupan yang sama. Manusia adalah makhluk ciptaan Sang Maha Kuasa yang memiliki dua sisi utama, yakni raga dan jiwa. Kita lahir ke permukaan bumi dalam balutan raga fisik darah dan daging yang sempurna. Dia menganugerahkan intrumen terlengkap pada diri manusia dari panca indera sampai akal pikiran yang menjadi pembeda dari makhluk lainnya. Tidak sebatas itu, Dia juga memberikan dimensi kehidupan jiwa pada setiap insan manusia.  
            Manusia lahir, tumbuh, berkembang, secara natural berdasarkan kebutuhan biologisnya. Raga manusia selalu bertambah besar dan panjang mengikuti perjalanan waktu setiap masa hidupnya. Berat dan tinggi badan manusia tumbuh berkembang karena suplay makanan fisik di dalam tubuhnya. Selain dari tumbuhnya badan atau raga, setiap manusia juga akan mengalami perkembangan cara berfikir di dalam jiwa sehingga menjadi manusia yang berpengetahuan dan berpengalaman. Endapan ilmu di dalam jiwa ditentukan oleh daya serap akal pikirannya terhadap makanan otak yang diperoleh dirinya. Raga dan jiwa sama-sama menagih kebutuhannya untuk perkembangan keduanya. Tanpa itu, lahirnya manusia akan berakhir pada lubang kuburan yang akan menimbun dirinya.
            Untuk itu, pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan raga harus berjalan simetris dan paralel. Raga manusia tumbuh bersamaan dengan makanan dan lingkungan yang membentuknya. Begitu juga dengan jiwa manusia, ia akan terbangun melalui aktivitas moral dan perilaku yang membimbing manusia dari kecil hingga dewasa. Konsekuensi logisnya, setiap insan manusia harus selalu memperhatikan makanan fisik untuk menjamin kelangsungan raganya dan mengupayakan pembelajaran keilmuan untuk menumbuh kembangkan jiwa di dalam dirinya.

Sinergi Fisik Material dan Mental Spiritual Manusia
Manusia bersifat fisik material karena diciptakan dari materi. Kelengkapan seluruh tubuhnya merupakan kombinasi tumbuh dan berkembangnya rumusan materi. Alhasil karena dirinya bersifat material, maka sudah pasti untuk menjamin kehidupannya membutuhkan sumber material. Sumber-sumber materi dapat diperoleh dari aktivitas makan dan minum seperti karbohidrat, protein, vitamin, air, dan sumber lainnya. Sumber materi makan fisik ini akan menjamin kehidupan manusia secara fisik. Oleh karenanya, tidak ada manusia yang bisa bertahan hidup tanpa makanan fisik material.
 Manusia adalah makhluk yang mempunyai dimensi mental spiritual. Kehidupan manusia tidak hanya sebatas pemenuhan kebutuhan yang sifatnya material. Banyak juga manusia mati bukan karena kelaparan atau kehausan, tetapi karena gejala mental spiritual yang tidak tumbuh berkembang atau stres berkepanjangan, sehingga memutuskan bunuh diri sebagai pilihan. Dengan kata lain, untuk bisa hidup secara normal membutuhkan asupan spiritual sebagai energinya. Makanan spiritual ini bersifat teoritis dan konsepsi yang bisa membangkitkan manusia guna mencapai spirit atau semangat untuk terus menjalankan hidup dan kehidupan. Itulah manusia, butuh makanan dan kelimuan agar selaras, serasi dan seimbang menjalani hidup zaman sekarang maupun masa depan.
Fisik material membutuhkan daya ungkit secara biologi dari makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Fisik manusia ini akan menopang tumbuhnya perkembangan dimensi mental spiritual. Keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Perkembangan mental spiritual juga sangat ditentukan oleh eksis tidaknya fisik material seorang manusia. Pribadi-pribadi manusia yang berfisik material tangguh dan sehat mempunyai potensi yang besar untuk menciptakan manusia-manusia bermental spiritual yang tinggi. Walaupun demikian, itu belum menjadi jaminan jikalau unsur-unsur makanan dan minuman secara materi maupun spiritual tidak diatur dan dikendalikan dengan benar.  

Otak dan Usus Pengubah Energi Manusia
            Manusia menjalankan aktivitas fisik material dan mental spiritual menggunakan instrumen perangkat tubuhnya. Dua komponen vital manusia yang memiliki peranan vital dan strategis untuk keberlangsungan jiwa raga adalah otak dan usus manusia. Jiwa atau mental spritual membutuhkan asupan energi keilmuan yang diolah di dalam mekanisme otak atau akal pikiran. Sementara untuk raga dan fisik material membutuhkan kesempurnaan prosedur sistemik dalam pencernaan usus manusia guna menghasilkan energi dari makanan darah dan daging. Jika keduanya bermasalah, maka dapat dipastikan manusia akan tinggal menjadi sejarah. Jika salah satu yang bermasalah, misal tidak berjalannya fungsi pencernaan maka manusia akan mati dan menderita secara fisik. Lebih parah lagi jikalau yang eror adalah pikiran otak manusia, maka dirinya akan menjadi orang gila bahkan orang jahat yang merusak peradaban umat manusia.
            Manusia berfikir, berucap dan bertindak ditentukan oleh otak atau akal pikirannya. Seseorang dikatakan pintar atau bodoh tergantung dengan kapasitas memori otak dan optimalisasi rangkaian cara berfikirnya. Kemampuan berfikir sangat ditentukan oleh memori keilmuan yang ada di dalam arsip pikirannya. Jika manusia tidak pernah belajar atau “makan dan minum” tentang ilmu pengetahuan, maka di dalam otak tersebut tidak ada arsip tentangnya, sehingga manusia tidak bisa mengetahui apapun kalau ditanya tentangnya. Alhasil manusia tersebut dikatakan manusia bodoh karena tidak tahu apa-apa pada saat ditanya.
Itulah esensi manusia mati, walaupun dirinya hidup secara fisik tetapi mati secara ilmu pengetahuan atau mental spiritual. Otak yang tidak pernah diberi asupan pengetahuan akan menjadi otak yang tumpul, berkarat, dan tidak memiliki daya kecerdasan baik secara intelektual, emosional maupun spiritual. Untuk itu, agar menjadi manusia yang benar-benar hidup kuncinya adalah belajar dan belajar, membaca dan membaca, menulis dan menulis, ataupun aktivitas lainnya yang dapat menambah daya ingat pengetahuan dan pengalaman dalam diri pikiran manusia. Ingat, Tuhan YME meningkatkan derajat manusia satu dengan lainnya karena ilmu dan ketakwaannya. Berat jenis ilmu inilah yang membedakan antara Profesor dengan tukang becak, karena cara hidup dan makan minumnya mereka sangat berbeda. Itulah rumus dasar kecerdasan yang membedakan derajat manusia.
Selain dari otak, ada satu komponon tubuh manusia yang harus dijaga, dirawat dan diatur dengan bijaksana penggunannya, yakni usus manusia. Usus adalah mekanisme sistem pencernaan manusia yang sangat vital. Jika otak memproses keilmuan dalam pikiran, maka usus memproses makanan fisik di dalam sistem pencernaan. Usus besar, usus kecil, usus dua belas jari dan lainnya sangat mirip dengan cara kerja dendrit dan lapisan neurotransmiter dalam otak manusia. Keduanya sama-sama mengolah, mengubah dan mentransformasikan sumber energi menjadi energi yang mengidupkan. Olahan makanan yang diproses dari mulut, kerongkongan, lambung dan usus diproses sedemikian rupa sehingga menghasilkan enzim, kalori dan energi lainnya untuk membuat tubuh manusia tetap bisa bergerak, bernafas, dan hidup normal.
Untuk itu, pemilihan makanan sehat harus disesuikan dengan karakteristik kesehatan usus. Jika manusia makan sembarang makanan, maka akan berakibat menurunnya fungsi usus dan hilangnya optimalisasi penciptaan energi secara fisik. Makan dan minumlah sesuai porsi dan aturan, hindari hal-hal destruktif yang dapat merusak usus, serta biasakan menjaga kesehatan usus dengan terapi atau diet yang benar. Semua penyakit kebanyakan bersumber dari perut. Usus di dalam perut sangat rentan dan riskan jikalau tidak dijaga dengan makan dan minum yang sehat. Kesadaran dan komitmen menjaga makanan akan menjamin kesehatan masa depan. Acuh tak acuh terhadap minuman yang dialirkan ke dalam tubuh akan beresiko berkurangnya jumlah harapan hidup di masa depan.            

Dominasi Ilmu Melawan Hawa Nafsu Manusia
            Oleh karenanya, otak dan usus manusia harus dirawat dan dioptimalkan secara berkelanjutan. Otak berfungsi untuk membangun hierarki konsep keilmuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Otak membutuhkan makanan yang bersifat nilai atau keilmuan dari suatu ilmu pengetahuan. Ilmu yang telah dikonsumsi oleh neuro-transmiter di dalam lapisan dendrit pikiran manusia akan tersimpan dalam memori dan menghasilkan daya gerak dan daya hidup yang besar bagi kehidupan. Jika ilmu yang direkam dan diinstal dalam pikiran adalah ilmu kebenaran universal, maka manusia akan menjadi makhluk kebenaran yang bermanfaat bagi alam semesta raya.
Namun demikian, jika di dalam diri manusia tidak diberikan makanan ilmu tetapi condong kepada konsumsi unsur-unsur nafsu, maka manusia akan menjadi makhluk yang buas dan merusakan peradaban. Manusia akan menjadi jelmaan hawa nafsu yang destruktif dan manipulatif serta orientasi fisik material. Dominasi ilmu atau nafsu di dalam pikiran manusia tergantung oleh kekuatan ilmu atau nafsu yang mengendalikannya. Oleh sebab itu, manusia harus selalu belajar dan mengingat ilmu agar bisa mengalahkan desakan dan jebakan hawa nafsu.
Terakhir, untuk menjadi manusia paripurna yang berilmu dan terbebas dari kendali hawa nafsu, maka setiap diri manusia harus benar-benar memanfaatkan dan mengoptomalkan anugerah-Nya yaitu otak dan usus di dalamnya. Makan dan minumlah ilmu kebenaran yang bersifat universal baik dalam dimensi spiritual, emosional maupun intelektual sehingga akan tercipta kualitas jiwa manusia yang berisme dan karakter Tuan Semesta Alam Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tidak cukup disitu, setiap insan harus memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ususnya, sehingga tercetak raga manusia yang sehat, bugar dan tubah yang perkasa.
Perpaduan kualitas antara raga dan jiwa, fisik material dan mental spiritual, serta dominasi ilmu atas hawa nafsu, pasti akan menciptakan manusia-manusia unggul di masa depan yang akan menjadi wakil atau khalifah-Nya di muka bumi. Semua ini akan terjadi manakala setiap diri berkomitmen dan konsisten untuk memulai dari sekarang, dari yang terkecil, dan dari diri sendiri akan arti pentingnya “makan dan minum” secara sehat dan seimbang dengan pola-menu “makanan langit” maupun “makanan bumi” berdasarkan asas kebutuhan dan kesetimbangan. Makan dan minumlah sesuai aturan dan dosis yang telah ditetapkan sehingga dapat menjamin keselamatan di masa depan. Kita adalah apa yang kita makan, “We are what we eat, We are what we learn.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar