Heru Mulyantoro
PENA ILMU ALAM SEMESTA
Jumat, 20 September 2019
Refleksi dan Evaluasi Diri ke-34
Ulang tahun, merupakan media refleksi bagi orang-orang berakal dalam mengevaluasi diri terhadap lingkungannya. Waktu yang bersifat siklus, berputar setiap satuan waktu baik hari, minggu, bulan dan tahun, akan mempermudah bagi para pemikir untuk melaksanakan fungsi manajemen bagi dirinya, dalam kaitannya keberadaan dirinya sebagai pribadi atau individu yang terikat dalam kehidupan personal, keluarga, komunitas, berbangsa, maupun alam semesta. Kemampuan adaptasi dalam situasi yang terus bergulir dan berganti ini, akan menjadikan dirinya menjadi manusia berkat bagi seluruh bagian-bagian yang melibatkannya.
Setiap insan manusia akan mendapatkan pertanyaan selama masa hidupnya, terlebih seiring dengan bertambahnya usia, bahkan saat menuju usia produktifnya. Apa yang telah diperbuat diri manusia untuk diri, keluarga, organisasi, bangsa, alam semesta ini? Pertanyaan ini menuntut sikap bertanggung jawab agar manusia selalu mengevaluasi dan merefleksikan dirinya sebagai manusia yang dicipta oleh Tuan Semesta Alam agar menjadi wakil-Nya di muka bumi. Ruang dan waktu diberikan Sang Pencipta kepada makhluknya untuk berproses dan berkegiatan dalam mewujudkan kasih dan sayangnya kepada sesama makhluk ciptaan-Nya.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, coba renungkan sejenak keterikatan diri kepada nilai dan prinsip yang dimiliki oleh diri, keluarga, komunitas, bangsa, alam semesta, atau bahkan isme ajaran dari Sang pencipta. Jika diri anda mampu menginternalisasikan nilai dan prinsip tersebut ke dalam diri dan membuktikannya dalam perilaku yang bermanfaat pada diri, lingkungan, dan alam semesta, maka itu artinya diri anda telah memiliki integritas atau ketauhidan terhadap prinsip ilmu tersebut. Dengan kata lain, diri anda sedang menuju kepada kebermanfaatan universal atas nilai dan prinsip tersebut. Jika kebalikannya, maka diri anda sedang menjauhi prinsip dan nilai tersebut, itu artinya diri anda sedang memisahkan diri dari Pencipta nilai dan prinsip tersebut.
Satu alat atau instrumen untuk melihat keberhasilan dan kebermanfaatan diri adalah respon atau reaksi dari komponen sistem yang terlibat pada diri saudara. Ambil contoh dalam sistem keluarga, maka ada unsur atau elemen sistem terdiri atas anak dan istri. Mereka adalah cermin atau reflektor atas segala pemikiran, perkataan dan perbuatan yang ditampilkan suami sebagai bagian integrasi sistem. Segala bentuk pikir, kata dan perbuatan anak maupun istri selalu dipengaruhi oleh perilaku suami, hukum aksi reaksi dalam hubungan keluarga. Jika mereka memberikan reaksi kasih dan sayang, maka itu artinya mereka mendapatkan kebiasaan perilaku dari anggota keluarganya yang penuh dengan kasih sayang. Jika respon mereka justru kebalikannya, maka itu menjadi signal atau indikator agar para pelaku inti sistem merubah perilakunya agar memberikan pengaruh yang berbeda dari biasanya. Inilah hukum contoh keteladanan, mereka belajar dari apa yang dilihat dan dikerjakan oleh orang terdekatnya.
Karena itu, malam Jumat ini, penulis cukup beruntung diberikan anugerah keluarga dengan anggota sistem yakni istri dan anak-anak yang memberikan respon positif atas situasi dan momentum kehidupan keluarga. Satu hal yang tidak penulis duga, anak pertama berumur 4 tahun sudah bisa merekayasa atau memberikan "surprise" kado Ulang Tahun terindah dalam segala "kesederhanaannya". Nilai kasih dan sayang itulah yang tidak ternilai oleh "kue coklat" atau "kado imajiner", melainkan kesadaran dan tata nilai dari dalam diri anak yang ingin memberikan kejutan hadiah kepada orang tuanya. Setiap orang tua tidak akan mengharapkan apapun dari anaknya, ia hanya ingin menjadikan anaknya punya ajaran prinsip dan isme yang diperjuangkan oleh kedua orang tuanya. Hidup ini membutuhkan cinta dan kasih, agar tetap hidup dan menyala menyusuri perjalanan menuju ridha-Nya, dalam satu kesatuan keluarga sebagai bagian terkecil dari sistem Kerajaan-Nya.
Kamis, 20 September 2018
BERDAYA KARENA USIA
BERDAYA KARENA
USIA
Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati
supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.
(QS. Al-Ashr
[103]: 1-3)
Tengah malam dini hari, Kamis 20 September
2018, bertepatan dengan momentum bertambahnya usia “darah dan daging” ke-33 tahun,
aku termenung dan teringat ajaran firman Allah yang menyengat qalbu. Narasi surat yang berisi “pesan” dari Sang
Maha Pencipta ini sangat menyentuh kesadaran paling dalam bagi setiap insan
yang menghendaki diri pribadinya berkarakter Ilahi. Terlebih lagi,
esensi ayat atau ilmu Allah ini sangat berkaitan dengan laju deret ukur hidup dan matinya
manusia yang sangat ditentukan oleh masa atau waktu. Aku pun bersumpah demi
masa atau waktu, bahwa semua kejadian peristiwa itu terikat oleh faktor waktu.
Segala sesuatu yang eksis di alam semesta
ditentukan oleh dimensi ruang, massa dan waktu. Keberadaanku pada hari ini, bisa hidup
dan bernafas hingga umur "sepertiga abad" karena variabel waktu. Dari waktu
ini pula akan menentukan nilai atau citra diri manusia apakah menjadi pribadi yang rugi
ataupun beruntung. Demi waktu, manusia berada dalam kerugian apabila tidak
memanfaatkan waktu untuk mencari kebenaran ilmu sehingga menjadi orang beriman dan
beramal saleh serta saling menasehati dalam kesabaran.
Demi masa atau waktu, derajat dan kualitas
manusia ditentukan oleh kemampuan dirinya memanfaatkan waktu untuk berbuat sesuatu
dengan benar sesuai dengan ilmu-Nya. Manusia akan berdaya dan berhasil guna
apabila memperhatikan unsur waktu dalam melakukan sesuatu. Waktu adalah elemen
yang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai makhluk yang terikat
dengan kegunaan dirinya pada lingkungan personal, komunal, regional dan global.
Semakin manusia dapat mengefisienkan dan mengoptimalkan
waktu, maka manusia tersebut akan semakin berdaya dan bermanfaat bagi semesta raya. Dalam ilmu fisika, daya
adalah kecepatan melakukan kerja. Daya sama dengan jumlah energi yang
dihabiskan per satuan waktu, atau laju energi yang dihantarkan selama melakukan
usaha dalam periode waktu tertentu. Semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan usaha, maka daya yang dikeluarkan semakin besar. Begitulah seharusnya
dengan manusia, ia harus memiliki daya iman atau “Ruh” energi yang besar agar
bisa melakukan usaha atau praktik amal saleh demi kebermanfaatan universal.
Setiap insan manusia mempunyai tugas
sebagai khalifah-Nya atau mediator bagi Pencipta untuk berbuat kasih sayang “rahman
dan rahim” kepada seluruh makhluknya. Tentu saja, manusia ini harus mempunyai “daya”
dan “energi” yang cukup besar agar mampu mentransformasikan dan
mendistribusikan kasih sayang-Nya kepada sesama umat manusia, tanpa melihat
batas-batas atau sekat ras, suku, agama, negara bangsa dan lainnya. Berbuat
baik dan benar adalah manifestasi dari semua ajaran kitab suci sebagai
sumber energi-Nya, sebagaimana perintah untuk berbuat kebaikan di dalam surat
Al-Qasash (28) ayat 77 berikut ini.
Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.
Daya atau energi untuk “Berbuat baiklah
kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu” merupakan
kunci “extra power” dari kesadaran setiap orang beriman untuk menunjukkan eksistensinya
sebagai wakil-Nya di muka bumi. Dia tidak pernah berbuat jahat kepada manusia
melainkan manusia itu sendiri yang menzalimi dirinya. Allah tidak pernah
pandang bulu atau pilih kasih dalam memberikan pelayanan kepada seluruh makluknya baik yang ada di langit maupun di bumi. Karakter
inilah yang harus termanifestasi manunggal ke dalam jati diri seorang manusia.
Tentu saja, untuk bisa berbuat baik dan
benar seperti itu sudah pasti membutuhkan “perjuangan” dan “pengorbanan” baik
harta, jiwa maupun raga. Itulah kenapa Dia selalu mengingatkan bahwa manusia
yang paling rugi adalah manusia yang tidak memanfaatkan waktunya untuk
memberikan peringatan dan saling menasehati dalam kesabaran. Ini adalah hukum
kausalitas, setiap perjuangan membutuhkan pengorbanan, dan setiap perbuatan
membutuhkan investasi jiwa raga yang menguras kesabaran dan keikhlasan.
Itulah fungsi daya dan energi (Wahyu dan
Ruh) yang akan menghasilkan usaha atau kerja nyata amal saleh bagi kemaslahatan
umat manusia. Sudah seyogyanya, semakin manusia diberikan tambahan waktu dan
umur panjang kehidupannya maka harus meningkatkan daya dorong dan ledakan energi
spiritual dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai visi, misi dan tujuan
penciptaan-Nya. Setiap diri harus menempatkan diri sesuai dengan peran skenario
dari Sang Sutradara agar mendapatkan ridha-Nya. Semua itu membutuhkan daya,
energi, ruh spiritual yang sangat ditentukan oleh alokasi waktu atau masa jatah
hidup setiap diri masing-masing manusia.
Perjalanan waktu jantung berdenyut manusia itu
terbatas. Setiap yang berjiwa pasti mati. Ini sunnatullah yang pasti berlaku
pada setiap insan manusia. Setiap pertambahan usia akan mengurangi jatah hidup
manusia sesuai dengan lintas batasan waktu yang telah ditetapkan oleh-Nya. Hari
ini aku bisa bernafas hingga umur ke-33 tahun, tetapi aku juga tidak tahu akan
sampai kapan hidupku ini terus berlanjut. Oleh karenanya, diri ini hanya pasrah
“tunduk-patuh” kepada Jalan Kebenaran yang akan menjagaku pada jalur komitmen “iman”
dan konsisten “amal saleh”, sehingga di masa-masa sisa hidupku dan bertambahnya
usia ini tetap berdaya serta bermanfaat bagi alam semesta. Salam Damai dan Sejahtera.
Sabtu, 25 Agustus 2018
Studi Peradaban Negeri Jiran Malaysia
Hari Kamis (Agustus 2018), Penulis meninggalkan tanah
air Indonesia menuju negeri tetangga Malaysia. Sore itu landasan pacu
pesawat Terminal Internasional Soekarno Hatta menjadi titik luncur
keberangkatan menuju lintasan langit menggunakan salah satu maskapai
penerbangan Negeri Jiran Malaysia . Jarak tempuh kedua ibukota negara ini sekitar 1.143 km sehingga harus ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam 50 menit dengan spesifikasi penerbangan di atas langit ketinggian 34.000 kaki (10.000 km) dan kecepatan rata-rata 600km/jam untuk sampai mendarat di Kuala Lumpur Airport Internasional. Pesawat pun melandas pada tengah malam Jumat dini
hari waktu setempat.
Kakiku
akhirnya menginjakkan tanah di negeri seberang dan minum dari air yang
dikeluarkan oleh negeri nan jauh. Bumi dan air ternyata tetaplah walaupun berbeda negara bangsa sehingga tetap saja merasa asing di negeri
orang. Akan tetapi karena adanya sahabat dan kerabat sehingga jarak bangsa-bangsa ini menjadi sirna, dan yang ada justru kedekatan dan
keharmonisan tercipta sesama makhluk ciptaan Tuan Semesta Alam.
Pasca
mendarat dari udara, perjalanan dilanjutkan menggunakan media tanah aspal
kendaraan roda empat. Kecepatan media berkurang drastis dari kendaraan
di atas langit berganti dengan mobil yang menyentuh bumi. Laju mobil
berjalan lancar karena tol di negeri ini cukup lenggang dan tidak macet
sehingga hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai kepada tempat
merebahkan tubuh untuk istirahat.
Sel
dan jaringan tubuh menjalani relaksasi di atas ranjang di salah satu
bangunan bertingkat di negeri Jiran. Energi baru tercipta setelah hampir
3 jam memejamkan mata. Pagi hari terbangun dengan suasana baru di
tempat baru yang terasa berbeda dengan keseharian di ibu kota negeri
Jakarta. Sarapan pagi dengan menu spesial ala Negeri Selangor pun sudah
tersaji untuk mengisi energi terbarukan, "Nasi Lemak Lauk Sotong".
Hari
pertama penulis mengitari beberapa Bandar di Negeri Selangor. Tata kota
dan model peradaban relatif sama dengan yang ada di tempat kelahiran.
Bedanya adalah keramaian dan kesemrawutan kendaraan di Negeri itu lebih
teratur karena volumenya tidak separah yang ada di Indonesia. Hal aneh
dan berbeda dari yang lain adalah adanya motor di jalan tol, sesuatu
yang tidak dijumpai di negeriku. Makan siang ala seafood tak lupa
dirasakan dan setelah itu berpusing-pusing mencari perlengkapan olahraga
untuk bermain badminton. Salah satu olahraga populer yang bisa membuat
tubuh sehat, bugar dan media rekreasi bertemu dengan kerabat sahabat.
Setelah selesai adu tangkas bermain shutlekock, maka kegiatan
selanjutnya adalah tidur mengumpulkan tenaga untuk aktivitas berikutnya.
Hari
Sabtu, perjalanan dilanjutkan ke daerah yang lebih jauh dari Bandar yang yakni di sebuah desa dekat bukit untuk menghadiri acara utama yaitu
pesta pernikahan rekan sejawat. Tradisi dan nuansa pesta cukup berbeda
dengan adat istiadat di negeri sendiri, terlebih lagi jenis dan ragam
masakannya. Satu yang sama adalah makanan andalan, "kambing guling",
rasanya yang universal. Di tempat inilah penulis menemani rekan yang melangsungkan pesta pernikahan lintas negara antar bangsa yang disatukan oleh ikatan cinta dan semangat hidup yang sama. Perjamuan yang cukup besar dihadiri oleh karib kerabat dari kedua mempelai untuk saling memperkenalkan kedua belah keluarga.
Setelah
agenda ini, kegiatan dilanjutkan dengan meeting-meeting untuk memantau
pertumbuhan tanaman di kebun-kebun. Maklum, penulis juga berprofesi
sebagai petani yang sedang merawat dan memonitor tumbuh kembang berbagai
jenis tanaman yang ada di negeri Jiran. Penulis meeting bersama dengan
para penggarap kebun untuk memastikan kelancaran irigasi pengairan,
pemupukan, pembasmian hama, dan lainnya agar tanaman ini dapat tumbuh
berkembang baik akarnya menghujam ke tanah, batangnya menjulang ke
angkasa dan berbuah pada setiap musimnya. Tak lupa juga setelah itu, menu spesial makan malam dengan sate ayam Malaysia, sup kaki sapi dan durian Musang King yang super nikmat. Nostalgia dengan rekan-rekan semakin menambah kesatuan dan keterlibatan antar sesama dalam suasana yang santai penuh makna. Inilah yang dilakukan selama
dua hari terakhir di Tanah Melayu.
Selesai
itu, waktunya bagi penulis untuk berjalan-jalan ria berkeliling Kuala
Lumpur pada hari Senin. Sengaja untuk menikmati transportasi publik,
maka penulis keluar penginapan dengan berjalan kaki guna merasakan transportasi publik berbasis kereta api listrik yakni LRT (Light Rapid Transit) dan MRT (Mass Rapid Transit). Salah satu moda transportasi unggulan di sekitar Bandaraya ini
cukup efektif untuk mengantarkan manusia dari satu tempat ke tempat
lainnya di dalam kota. Teknologi ramah lingkungan dan hemat energi
listrik menjadi keunggulan dari transportasi jenis kereta api ini. Kami
dapat menjangkau lokasi-lokasi strategis dengan harga yang murah dan
kompetitif.
Lokasi
pertama yang dikunjungi adalah Masjid Jamek. Salah satu peninggalan
artefak sejarah ini menjadi simbol Islamisme di Negeri Malaysia. Di
tempat itu banyak wisatawan lain dari penjuru dunia untuk mengetahui
seluk beluk sejarah keberadaan masjid tersebut. Di dalamnya penulis juga
mengamati berbagai jenis bahasa Kitab Suci Al-Quran dengan bahasa Arab,
Inggris, Melayu, Jepang, Cina dan bahasa lainnya.
Tak
sempurna ke Malaysia jika tidak berkunjung ke Menara Kembar Petronas.
Disana penulis mencermati gedung kembar dan isi didalamnya sebagai suatu
mahakarya besar dari sebuah bangsa. Walaupun demikian, isi di dalam
supermarket lantai bawah tetap didominasi oleh produk-produk Barat,
Eropa dan Amerika, sedikit sekali diprioritaskan kepada warga lokal.
Kondisi ini hampir bersifat umum di beberapa negara karena memang
kapitalisme akan menguasai pasar dimana saja. Setelah dari menara kembar, penjelajahan dilanjutkan menuju Kuala Lumpur Tower.
Tempat
strategis lainya yang dikunjungi setelah itu adalah Museum Negara.
Disini banyak terdapat artefak dan bukti sejarah masuknya Islam melalui
Malaka. Selain itu, kisah perjuangan Negeri-Negeri di Malaysia
memerdekakan diri dari penjajahan hingga mencapai proklamasi
kemerdekaan. Dasar dan falsafah negara tersaji dalam lima pasal yang
dipamerkan dalam museum tersebut. Museum juga menyampaikan pesan
Malaysia modern melalui karya dan budaya yang berjalan pada masa
sekarang ini.
Tidak lupa,
untuk mengakhiri petualangan perjalanan keliling Kuala Lumpur
disempurnakan dengan mengunjungi Pasar Sentral Malaysia. Disini sedikit
membeli oleh-oleh kenang-kenangan bagi keluarga dan sahabat.
Barang-barang khusus karya seniman dipajang dan dijualbelikan sebagai
buah tangan bagi para pengunjung. Setelah paripurna berkeliling pasar,
maka penulis meninggalkan lokasi menuju tempat lainnya untuk metting
selanjutnya.
Hari Senin
berlalu dengan penuh warga dan pengalaman baru di negeri orang lain.
Hari Selasa adalah hari terakhir bagi penulis untuk bercengkerama dengan
rekan dan kawan sebelum berpamitan. Suasana kekeluargaan dan
keharmonisan saling tergantung menjadi kunci utama persahabatan dan
bisnis pertanian penggarap lahan. Cinta dan kasih sayang menjadi
variabel pokok untuk mewujudkan kehidupan bersama yang penuh dengan asa,
cita dan berkat alam semesta.
Penulis
pun menuju bandara untuk meninggalkan Bandaraya, Malaysia, yang telah
memberikan endapan memori tak terlupakan. Maskapai penerbangan (MH0723) kembali
memulangkan tubuhku kepada tanah airku yang selama ini menjadi tempat
lahir, hidup dan menjalani setiap detak perjuangan mengabdi kepada
penciptaku. Berjalanlah di muka bumi melihat bagaimana Allah berkuasa
atas segala bangsa yang tunduk kepada-Nya maupun negeri yang
mempersekutukan-Nya. Semua sedang menggenapi tradisi hukum
ketetapannya.
Minggu, 04 Februari 2018
Anakku Objek Pengabdianku Kepada Pencipta-Ku
Anakku Objek Pengabdiaku Kepada Pencipta-Ku
Ulang Tahun Ke-3
Anakku
Eksistensi Dia dalam Mencipta
Anakku
Tepat pada tanggal 4 Februari
2015, anakku Atmadeva Mikayla Hanifatara terlahir ke dunia. Dan kini di hari
tanggal yang sama dengan tahun berbeda, 2018, ia sudah melintasi ruang dan
waktu di alam nyata selama 3 tahun. Saat lahirnya kala itu, ia tanpa busana,
tidak bisa apa-apa, bahkan berat badannya hanya 2500 gram dengan panjang 45 cm.
Kini setelah 1080 hari kemudian, bentuk fisiknya sudah jauh tumbuh berkembang
sempurna, dengan berat 11.000 gram dan tinggi 86 cm, atau telah terjadi
pelipatgandaan pertumbuhan dari keduanya.
Sedikit kembali lebih jauh ke
belakang, 9 bulan sebelum kelahirannya, profil dan dimensi anakku tidak pernah
terpikirkan, tergambarkan, dan tidak visualisasikan sebagaimana di dunia sekarang
ini. Ia baru mulai dirancang pasca aku dan istriku menikah pada 19 April 2014.
Segumplal spermaku (nutfah) yang hina
itu mulai menerabas mencari indung telur ovarium dari pasangan fitrahnya di
dalam kantong rahim istriku. Keduanya bertemu dan menyatu menjadi ikatan sel
gabungan kedua DNA pasangan dua sejoli. Sel ini terus membelah diri dan
berkembang sesuai design karya ciptaan Sang Maha Pencipta sesuai rentetan
perjalanan waktu. Tanda-tanda dirinya “ada” dan “hidup” ketika istriku tidak
lagi haid keluar darah karena keberhasilan proses pembuahan sel di dalam rahimnya.
Aku sendiri semakin mengakui
keberadaan eksistensi keberadaan dari Dia yang Maha Pencipta segala sesuatu.
Aku tidak pernah membentuk tangan, kaki dan segala perangkat tubuh anakku
semasa di dalam kandungan ibunya. Aku hanya menjadi mediator, dipakai oleh Dia,
dgn mengantarkan sperma ke dalam alat kelamin istriku. Setelah itu, diriku
tidak pernah terlibat dalam penciptaan anak itu di dalam rahim ibunya, mulai
dari janin hingga terjadinya kesempurnaan dan kelahiran jabang bayi itu. Inilah
keterbatasan manusia, harus mengakui adanya Sang Pencipta, karena apapun yang
terbentuk dan tercipta merupakan sebuah karya dari yang mencipta, tidak ada
sesuatu terjadi tanpa ada yang mengkreasikannya. Sebagai contoh, sebuah ukiran
atau patung Arca Borobudur bisa berbentuk seperti itu karena ada pemahatnya,
batu biasa tanpa dipahat dan diukir tidak akan pernah bisa berubah bentuk
sebegitu indahnya. Arca itu berbeda dari batu sebagai bahan dasarnya setelah
dipahat oleh penciptanya.
Bayangkan saja, sperma dan
ovarium yang hanya berbentuk gumpalan protein, hanya bisa dilihat isi
didalamnya dengan jelas posturnya dengan Microskop, tanpa campur tangan
manusia, dan aku juga tidak pernah membentuk (memahat atau mengukir) anakku di
dalam perut ibunya, pada masa rentang waktu 9 bulan bisa berubah bentuk menjadi
istimewa dengan segala instrumen kelengkapan struktur tubuhnya. Dari
"tidak ada menjadi ada", dari "tidak berbentuk berubah menjadi
kerangka tubuh yang sempurna", tentu saja ada sesuatu yang mencipta dan
membentuk atau "memahatnya", dimana aku yakin yang melakukan semua
itu adalah Tuan Semesta Alam, Allah, Sang Hyang Widi Wasa, Gusti Allah, atau
Tuan Yang Maha Esa.
Peran Orangtua Mewakili-Nya Untuk
Mendidikmu
Allah, Dia yang mencipta anakkku
akhirnya mengeluarkannya melalui mulut rahim istriku ke alam nyata. Dia
mengeluarkan anakku dalam kondisi tidak tahu apa-apa (tabularasa) dan hanya
memberikan kesempurnaan tubuhnya disertai dengan instrumen pelangkap panca
indera sebagai bekal hidupnya. Anakku terpisah dari plasenta ibunya dan tidak
lagi hidup di kandungan melainkan di alam dunia. Ia mengalami fase baru pasca
kelahirannya, tantangan baru, situasi baru yang membutuhkan adaptasi dan asupan
energi demi melanjutkan kehidupannya.
Kini, setelah anakku terlahir dan
berada di dunia, fungsi pembentukan atau "pemahatan" itu diembankan
oleh-Nya kepadaku selaku orangtuanya. Anak akan menjadi Yahudi, Nasrani atau
Islam, hitam, begitu sabda Muhammad Rasulullah yang terukir dalam lintasan
hadistnya. Anak-anak akan menjadi pribadi dengan nuansa putih, kuning, merah,
hijau dan lainnya tergantung orangtuanya Hal ini sangat benar, karena anak-anak
akan menjadi mukmin-musyrik, muslim-kafir, berjalan di shiratal mustaqim-shiratal maghdub, sangat ditentukan dan
dipengaruhi oleh didikan atau celupan orangtuanya, selaku wakil-Nya di muka
bumi. Tanggung jawab dan peran orangtua adalah mengatur, mendidik, mengayomi,
melindungi, membesarkan anaknya menuju tujuan penciptaannya, menjadi manusia
sesuai Potret Diri-Nya.
Fase kehidupan anak pada usia
kanak-kanak sebagai anakku pada hari ini, merupakan fase paling menentukan
dalam membangun dan mendidik karakter. Anakku sedang mengalami fase usia emas
"golden age" perkembangan
daya serap belajarnya. Usia emas ini, instrumen pokok manusia yaitu otak,
diibaratkan seperti "spons".
Otak akan menyerap apa saja yang ada di sekitarnya dan bersentuhan melalui
panca inderanya. Otak akan menyimpan segala peristiwa penting dan berkesan
hasil eksplorasi pengamatan alamiah yang dilakukannya. Ia sedang "mendownload" pesan, data dan informasi
yang ada di luar dirinya "alam raya eksternal" untuk disimpan dalam
arsip memori yang ada di Cerebrum, Cerebelum, dan Limbik sistem dari bagian
struktur otaknya atau "alam raya internal" pikiran manusia. Ia akan
memproses segala stimulus di lingkungannya kemudian memberikan respons atas apa
yang dialaminya. Siklus belajar ini akan terus terjadi sepanjang hayat
kehidupannya.
Oleh karenanya, aku sebagai
orangtua harus membiasakan diri menampilkan sesuatu yang positif dan benar
kepada dirinya. Cara belajar paling cepat dan efektif adalah mencontoh atau
duplikasi atau uswah suri tauladan. Tidak heran jikalau hukum belajar ini
diabadikan dalam kitab suci, "Sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu
terdapat suri tauladan bagimu bagi orang yang mengharap Rahmat atau ridha
Allah". Prinsip keteladanan ini merupakan hukum belajar “quantum learning”
dalam mendidik dan mengajar anak untuk mencapai tujuannya. Belajar dengan
mencontoh merupakan proses terlengkap dan tercanggih dalam mengoptimalkan
penglihatan, pendengaran dan pikiran setiap insan manusia. Hal ini selaras
dengan karunia Allah agar manusia memfungsikan dengan baik instrumen mata,
telinga dan qolbu yang akan dimintai pertanggungjawabannya.
Anak sebagai garis generasi
orangtua membutuhkan kecerdasan untuk melanjutkan visi misi cita-cita
orangtuanya. Anak harus mempunyai kecerdasan spiritual, emosional dan
intelektual. Kecakapan dan kompetensi ketiganya memerlukan daya dan upaya serta
proses belajar (learning by thingking,
learning by doing dan learning to be)
atau dalam bahasa Arabnya (yatlu alaihim
ayatihi, yuzakihim, yualimu humul kitab wal hikmah) secara
sistematis, berkesinambungan dan berkelanjutan semasa hidupnya. Metodologi
tahapan atau tingkatan belajar ini merupakan jalan yang harus ditempuh oleh
setiap insan manusia menuju keparipurnaan ciptaan-Nya. Tanpa itu, mustahil akan
menjadi manusia sempurna sesuai tujuan penciptaannya.
Otak “ Qalbu” Sebagai Tempat Menanam Ilmu
Allah, Tuan Semesta Alam yang
Maha Berilmu (Al-Ilm) tentu saja akan mengajarkan pendidikan ilmu kepada
manusia melalui perantaraan para Utusan-Nya. Mutiara pengetahuan dan keilmuan “firman”
ini akan ditransformasikan dari Juru Bicara-Nya kepada orangtua untuk mendidik
generasi penerusnya. Kemudian orangtua inilah yang akan meneruskan dan
mentransmisikan ilmu kepada anak-anaknya. Orang tua memainkan peran sebagai mediator
Dia dalam mengader dan mencelup anak agar berkarakter seperti-Nya, "tahallaqu bi akhlak qilla",
berakhlaklah kamu dengan akhlak Allah Yang Maha Esa. Orangtua juga harus
mewakili Dia yang Maha Rahman dan Rahim dalam berbuat kasih dan sayang kepada
anak-anaknya dalam kapasitas dirinya sebagai manusia.
Orangtua diberikan media atau
lahan ibadah oleh Allah melalui anak-anaknya. Anak adalah objek pengabdian bagi
orangtua dalam mengabdi kepada-Nya. Pikiran atau qalbu anak merupakan objek
atau lahan subur yang diibaratkan seperti "tanah" yang harus diolah
dan ditanami "benih" agar tumbuh menjadi pohon yang akan berbuah pada
masa panennya. Pikiran anak akan ditanami "pohon yang baik" atau
"pohon yang buruk" tergantung hasrat, motivasi dan pengawalan
orangtuanya. Untuk itu, manusia harus berbuat kasih atau Rahman-Nya dengan
memberikan asupan fisik material demi pertumbuhannya, dan selalu berbuat sayang
atau Rahim-Nya dengan mengajarkan ilmu-Nya dalam setiap waktu perkembangannya.
Inilah tugas mulia dari Dia kepada orangtua yang menjadi penggantinya pada saat
anak masih kecil hingga dewasa.
Kini diusia anakku yang ketiga, kami
selaku orangtua, akan berusaha keras dan maksimal untuk mematikan dirinya
belajar sesuai dengan kehendak-Nya. Aku tidak mempunyai cita-cita lain kecuali
mempersiapkan dirimu menjadi manusia yang beriman, selalu setia, tunduk patuh,
berserah diri kepada-Nya. Kecerdasan ilahi atau mental spiritual aku
prioritaskan atas dirimu di luar "pendidikan formal nan seremonial"
untuk bangunan intelektualmu. Aku yakin semakin bertambah umurmu maka dirimu
mempunyai cara belajar untuk mendapatkan kemampuan bakat dan minat seperti
halnya kecerdasan spasial, musikal, interpersonal, intrapersonal, bahasa,
matematika, naturalistik, dan lain sebagainnya sebagaimana terpetakan dalam
belahan otak kanan dan kiri.
Alam semesta akan selalu
mengajarkanmu tentang kecerdasan itu, tetapi khusus kecerdasan wahyu atau Ruhul
Qudus atau mental spiritual hanya akan diajarkan oleh firman dari orang berilmu
yang ada di sekitarmu. Kecerdasan intlektual ini sangat mudah, bisa dicari dan
dikembangkan saat usiamu kelak dewasa nanti, tetapi kini saat usiamu di era
"keemasan", aku bertanggungjawab agar di dalam qalbu terpatri iman
dan kebiasaan spiritual yang akan menuntunmu kepada keparipurnaan. Kelak ketika
otakmu sudah bisa menyerap disiplin ilmu, maka aku akan mengajarkan yang
demikian kepadamu. Kedua sumber ilmu ini, alam semesta dan firman Allah di
dalam kitab-kitabnya yang disampaikan oleh Utusan-Nya, merupakan dua sumber
ilmu yang akan membentuk dirimu menjadi manusia yang siap menjadi khalifah-Nya
di muka bumi. Personifikasi dari kekuatan ruh pada alam (Mikail) dan wahyu di
dalam Firman (Jibril) inilah yang harus selalu dirimu “download” dan “instalasikan” dalam lintasan neurotransmiter (sistem
syaraf otak) menuju memori kesadaran untuk menjadi dasar tindakan atau perilaku
“upload” demi kebermanfaatan
universal.
Terakhir, selamat hari darah
daging kepada anakku. Lintasan umurmu menjadi ingatan "early warning system'" bagiku untuk
memastikan, mengontrol, dan mengawal tumbuh kembang tubuhmu dan muatan isi qalbumu.
Semoga kelak saat kamu dewasa, diusia senjaku bahkan di akhir hayatku, dirimu
akan memilih jalan hidup sebagaimana jalan hidup yang telah kupilih pada hari ini,
Jalan Kebenaran Sejati, Jalan Shiratal
Mustaqim, Jalan para Rasul Allah yang telah mendapatkan nikmat dari-Nya.
Inilah tugas utamaku yang dimandatkan atau diamanahkan oleh Dia yang
menciptakan aku dan dirimu, membesarkanmu, melindungimu, melayanimu, mendidikmu
menjadi manusia paripurna sebagaimana yang dicontohkan dan diuswahkan manusia
pilihan-Nya. Semoga Dia terus melindungi dan menolongku, istriku dan
anak-anakku sampai akhir waktu dalam berjuang menuju tegaknya Kerajaan-Mu.
Kamis, 30 November 2017
Automotive Education Trainer
AUTOMOTIVE EDUCATION TRAINER
ALAT PERAGA PENDIDIKAN OTOMOTIF
"Membangun Generasi Vokasional Berdaya Saing Global"
Automotive Education Store
Heru Mulyantoro, M.Pd.
Contact/WA : 082134805358
Alat Peraga Pendidikan Otomotif merupakan media pembelajaran atau sarana pendukung pendidikan yang berfungsi untuk memvisualisasikan pengetahuan abstrak dalam bidang-bidang keilmuan otomotif kepada suatu model belajar yang lebih konkrit dan nyata. Metode belajar menggunakan sarana prasarana berbasis kontekstual dan ilustrasi materi belajar yang konkrit akan meningkatkan kecepatan dan kemampuan penerimaan pembelajaran dari peserta didik. Untuk itu, media atau alat peraga menjadi solusi alternatif dan menguntungkan untuk memacu akselerasi pembelajaran para siswa, mahasiswa mapun peserta training dalam bidang keilmuan apapun, tanpa terkecuali bidang ilmu teknik otomotif.
Kami penyedia alat peraga bidang otomotif berkomitmen membantu penyediaan media pembelajaran yang bermutu, berkualitas serta menyesuaikan dengan perkembangan kekinian dunia otomotif. Desain dan konstruksi media pembelajaran alat peraga otomotif menyesuaikan dengan standar kompetensi baik pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan maupun Universitas jurusan Otomotif. Kualifikasi dan standarisasi alat peraga ini mengikuti perkembangan dan kebutuhan dunia usaha maupun dunia industri. Macam dan jenis alat peraga meliputi disiplin ilmu Teknik Kendaraan Ringan dan Sepeda Motor, baik alat peraga dalam bentuk sistem permesinan (enginering), sistem kelistrikan (electrical), sistem rangka (chasis), sistem bodi (body), electronic fuel injection (EVI) dan lain sebagainya.
Pengerjaan desain alat peraga dilakukan oleh tim profesional dan berpendidikan. Proses perancangan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi produk alat peraga dilakukan dengan cermat dan teliti untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan. Pengerjaan dilakukan secara cepat dan tepat waktu. Pengiriman alat peraga menjangkau seluruh propinsi di Indonesia. Produk alat peraga memenuhi standar media pendidikan, bermutu dan berkualitas dengan harga yang pas. Berikut adalah katalog dan ilustrasi gambar alat peraga otomotif yang disediakan oleh Perusahaan.
Silakan bagi yang berminat bisa menghubungi Heru Mulyantoro, M.Pd (Call/WA: 082134805358) untuk konfirmasi terkait harga dan spesifikasi produk yang lebih detail dengan memilih Kode Katalog yang tertera dalam gambar.
"----Alat Peraga Pendidikan Bermutu dan Berkualitas Harga Pas----"
Selamat dan Sukses Selalu....!!!
Langganan:
Postingan (Atom)