Sebuah Filosofi; Pena-Ilmu-Alam Semesta
Pena adalah
perangkat instrumen modern untuk menulis, menggambar dan mendokumentasikan
berbagai bentuk gagasan alam pikiran maupun fakta alam kenyataan. Alat ini menjadi
media untuk menggoreskan tinta di atas kertas guna mencurahkan segala macam
peristiwa dan fenomen di alam raya. Modernisasi pena ini juga sudah berkembang
sedemikian pesat dan mutakhir, sehingga peranan pena secara fisik banyak
dialihkan kepada keyboard komputer maupun pena sentuh pada layar sentuh touch
screen sebuah handphone. Apapun bentuk alat tulisnya, hakikat utamanya bahwa suatu
dokumentasi karya tetap saja membutuhkan figur utama sebagai penggeraknya,
manusia.
Pena dan
keybord tidak akan menghasilkan guratan dan ketikan huruf tanpa disentuh dan
digerakkan oleh pikiran manusia. Karya-karya monumental dan fenomenal seperti
kitab suci, prasasti, buku ilmiah maupun fiksi adalah bentuk konkrit dari
kontribusi pena. Namun demikian, perlu ditekankan bahwa semua karya tersebut
tidak mungkin ada begitu saja, ada sebuah energi dan usaha yang besar untuk
mengabadikannya, yaitu seseorang atau kumpulan manusia yang bekerjasama
menuliskannya dalam media tertentu. Salah satu karya yang tidak habis dimakan
zaman dan akan terus abadi sepanjang masa adalah tulisan.
Hal utama yang
ingin disampaikan dalam tulisan ini bukanlah pada media pena maupun instrumen
lainnya, tetapi esensi dari sebuah tulisan karya yang sangat berperan penting
dalam kehidupan alam semesta. Goresan pena pada tulisan kitab suci maupun buku
apapun yang bernilai petunjuk dan pedoman merupakan intisari dari penulisan
karya. Tulisan merupakan sarana efisien dalam menjabarkan dan menyebarkan ilmu
pengetahuan dibalik segala peristiwa dan kejadian pada sejarah, masa kini dan
masa depan pada kehidupan alam. Pena hanyalah media untuk mentransformasikan
dan mentransmisikan “ilmu alam” kepada generasi masa setelahnya dalam rangka membangun
peradaban yang lebih maju dan mulia.
Pena memang
menjadi sarana efektif untuk mendokumentasikan ilmu pada alam. Ilmu adalah
esensi dari alam, dan alam merupakan eksistensi dari ilmu. Ilmu bersifat
abstrak dan alam bersifat konkrit. Di dalam setiap perwujudan benda-benda atau
makhluk pada alam terdapat ilmu di dalam dirnya. Ilmu ini tidak dapat dilihat
secara fisik sebagaimana mata fisik bisa melihat bentuk konkritnya pada alam
kenyataan. Ilmu hanya bisa dilihat oleh “mata batin” karena ilmu bersifat gaib,
ada dibalik benda pada alam. Ilmu dan alam adalah satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Oleh karena
itu, untuk menghantarkan manusia melihat dan memahami esensi ilmu dibalik
eksistensi alam, maka diperlukan perantaraan ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan
atau bahasa. Ilmu yang ditulis dalam berbagai bahasa adalah konduktor manusia
dalam memahami perilaku alam. Sebagai contoh, bentuk konkrit air dalam dilihat
oleh mata telanjang, tetapi di dalam esensi air terdapat ilmu rumus senyawa “H2O”
yang tidak terlihat pada fisik air. Tulisan rumus senyawa ini merupakan esensi
ilmu pengetahuan yang ada dibalik gemercik air yang mengalir di lautan. Selain
itu, ilmu pohon didalamnya terdapat kambium, fotosintesis, clorofil dan lainnya
sebagai manifestasi keilmuan yang abstrak dari sebuah pohon yang tampak konkrit
pada alam.
Dengan kata
lain, semua benda konkrit dan makhluk pada alam mempunyai ilmu esensial yang
bersifat abstrak. Beberapa ilmu pengetahuan telah berhasil mendokumentasikannya
dalam rumus-rumus, kaidah-kaidah, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan pencatatan
lainnya. Akan tetapi semua peristiwa dan fenomena maupun benda alam belum
sepenuhnya diketahui oleh ilmu pengetahuan. Ilmu dibalik alam masih menjadi
misteri untuk dipecahkan dan dieksplorasi oleh manusia.
Bahkan, Allah
Tuan Semesta Alam sendiri menantang manusia agar melakukan penelitian dan
mengobservasi alam semesta agar dijadikan ilmu pengetahuan. Akan tetapi Dia
sendiri memastikan bahwa pena atau keyboard manusia tidak akan bisa
menjangkaunya, sebagaimana dinyatakan dalam teori ilmu kitab suci berikut ini.
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
(Qs: Lukman [31]: 27).
Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta
untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum
habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu pula (Qs: Kahfi [18]:
109).
Dari koherensi atau konsistensi dua firman Allah Tuan
Semesta Alam di atas, dapat ditarik sebuah intisari bahwa Dia selaku pencipta
alam semesta menyuruh manusia untuk menulis dan mendokumentasikan ilmu dibalik
alam. Perumpamaan milyaran pohon di muka bumi ini dijadikan pena dan laut
samudera hindia maupun pasifik dijadikan tinta, maka media tersebut tidak akan
mampu mendokumentasikannya dalam karya ilmu pengetahuan semuanya. Ini jelas
karena ilmu Allah Tuan Semesta Alam tidak terbatas dan tidak terhingga. Namun
demikian, dari kutipan teori kebenaran di atas, manusia diberikan kesempatan,
bahkan diperintahkan untuk menggoreskan pena yang terdapat tinta di dalamnya,
ataupun menggunakan media mutakhir lainnya, intinya manusia harus menggali ilmu
dibalik alam semesta.
Manusia memang terbatas, tetapi
bukan berarti dengan keterbatasan ini tidak bisa menggenapi apa yang diharapkan
oleh pencipta dirinya agar bisa berkarya dan memahami ilmu alam dengan
menuliskannya. Manusia mempunyai tugas mulai sebagai wakil-Nya mengelola dan
memakmurkan bumi dengan ilmu dibalik alam itu sendiri.Kesempatan ini diberikan
kepada manusia agar dirinya bisa memahami, mencerdasi, dan mengeksplorasi alam
serta mendokumentasikannya untuk fungsi pengajaran dan kaderisasi ilmu kepada
generasi setelahnya. Setiap guratan dan goresan lintasan pikiran hasil membaca
alam sekecil apapun pasti mempunyai kebermanfaatan bagi manusia lainnya. Besar
dan kecil maupun banyak dan sedikitnya tulisan ilmu dibalik alam sangat
berpengaruh terhadap radius jangkauan kebermanfaatan insan manusia bagi
perkembangan peradaban.
Untuk itu, marilah kita gunakan pena
atau keyboard komputer yang dikaruniakan Sang Pencipta kepada manusia. Pena ini
sangat berfungsi untuk mengalirkan esensi ilmu dibalik eksistensi alam semesta.
Karya konkrit tulisan, gambar dan dokumentasi lainnya terkait manifestasi ilmu
pada dinamika alam merupakan variable utama bagi keruntuhan dan kebangkitan
sebuah peradaban. Kegelapan dan kezaliman hanya bisa dirubah menjadi cahaya dan
kecerdasan oleh goresan esensi ilmu kebenaran yang tertuang dalam eksistensi kosmologi
alam semesta. PENA ILMU ALAM SEMESTA, sebuah kesadaran membangun peradaban dan
menjadikan ilmu sebagai panglima yang menuntun pada jalan kebenaran ciptaan
Allah Tuan Semesta Alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar