Rabu, 26 Oktober 2016

PENA ILMU ALAM SEMESTA


Sebuah Filosofi; Pena-Ilmu-Alam Semesta


Pena adalah perangkat instrumen modern untuk menulis, menggambar dan mendokumentasikan berbagai bentuk gagasan alam pikiran maupun fakta alam kenyataan. Alat ini menjadi media untuk menggoreskan tinta di atas kertas guna mencurahkan segala macam peristiwa dan fenomen di alam raya. Modernisasi pena ini juga sudah berkembang sedemikian pesat dan mutakhir, sehingga peranan pena secara fisik banyak dialihkan kepada keyboard komputer maupun pena sentuh pada layar sentuh touch screen sebuah handphone. Apapun bentuk alat tulisnya, hakikat utamanya bahwa suatu dokumentasi karya tetap saja membutuhkan figur utama sebagai penggeraknya, manusia.
Pena dan keybord tidak akan menghasilkan guratan dan ketikan huruf tanpa disentuh dan digerakkan oleh pikiran manusia. Karya-karya monumental dan fenomenal seperti kitab suci, prasasti, buku ilmiah maupun fiksi adalah bentuk konkrit dari kontribusi pena. Namun demikian, perlu ditekankan bahwa semua karya tersebut tidak mungkin ada begitu saja, ada sebuah energi dan usaha yang besar untuk mengabadikannya, yaitu seseorang atau kumpulan manusia yang bekerjasama menuliskannya dalam media tertentu. Salah satu karya yang tidak habis dimakan zaman dan akan terus abadi sepanjang masa adalah tulisan.  
Hal utama yang ingin disampaikan dalam tulisan ini bukanlah pada media pena maupun instrumen lainnya, tetapi esensi dari sebuah tulisan karya yang sangat berperan penting dalam kehidupan alam semesta. Goresan pena pada tulisan kitab suci maupun buku apapun yang bernilai petunjuk dan pedoman merupakan intisari dari penulisan karya. Tulisan merupakan sarana efisien dalam menjabarkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan dibalik segala peristiwa dan kejadian pada sejarah, masa kini dan masa depan pada kehidupan alam. Pena hanyalah media untuk mentransformasikan dan mentransmisikan “ilmu alam” kepada generasi masa setelahnya dalam rangka membangun peradaban yang lebih maju dan mulia.  
Pena memang menjadi sarana efektif untuk mendokumentasikan ilmu pada alam. Ilmu adalah esensi dari alam, dan alam merupakan eksistensi dari ilmu. Ilmu bersifat abstrak dan alam bersifat konkrit. Di dalam setiap perwujudan benda-benda atau makhluk pada alam terdapat ilmu di dalam dirnya. Ilmu ini tidak dapat dilihat secara fisik sebagaimana mata fisik bisa melihat bentuk konkritnya pada alam kenyataan. Ilmu hanya bisa dilihat oleh “mata batin” karena ilmu bersifat gaib, ada dibalik benda pada alam. Ilmu dan alam adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Oleh karena itu, untuk menghantarkan manusia melihat dan memahami esensi ilmu dibalik eksistensi alam, maka diperlukan perantaraan ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan atau bahasa. Ilmu yang ditulis dalam berbagai bahasa adalah konduktor manusia dalam memahami perilaku alam. Sebagai contoh, bentuk konkrit air dalam dilihat oleh mata telanjang, tetapi di dalam esensi air terdapat ilmu rumus senyawa “H2O” yang tidak terlihat pada fisik air. Tulisan rumus senyawa ini merupakan esensi ilmu pengetahuan yang ada dibalik gemercik air yang mengalir di lautan. Selain itu, ilmu pohon didalamnya terdapat kambium, fotosintesis, clorofil dan lainnya sebagai manifestasi keilmuan yang abstrak dari sebuah pohon yang tampak konkrit pada alam.
Dengan kata lain, semua benda konkrit dan makhluk pada alam mempunyai ilmu esensial yang bersifat abstrak. Beberapa ilmu pengetahuan telah berhasil mendokumentasikannya dalam rumus-rumus, kaidah-kaidah, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan pencatatan lainnya. Akan tetapi semua peristiwa dan fenomena maupun benda alam belum sepenuhnya diketahui oleh ilmu pengetahuan. Ilmu dibalik alam masih menjadi misteri untuk dipecahkan dan dieksplorasi oleh manusia.
Bahkan, Allah Tuan Semesta Alam sendiri menantang manusia agar melakukan penelitian dan mengobservasi alam semesta agar dijadikan ilmu pengetahuan. Akan tetapi Dia sendiri memastikan bahwa pena atau keyboard manusia tidak akan bisa menjangkaunya, sebagaimana dinyatakan dalam teori ilmu kitab suci berikut ini.

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs: Lukman [31]: 27).

Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula (Qs: Kahfi [18]: 109). 

Dari koherensi atau konsistensi dua firman Allah Tuan Semesta Alam di atas, dapat ditarik sebuah intisari bahwa Dia selaku pencipta alam semesta menyuruh manusia untuk menulis dan mendokumentasikan ilmu dibalik alam. Perumpamaan milyaran pohon di muka bumi ini dijadikan pena dan laut samudera hindia maupun pasifik dijadikan tinta, maka media tersebut tidak akan mampu mendokumentasikannya dalam karya ilmu pengetahuan semuanya. Ini jelas karena ilmu Allah Tuan Semesta Alam tidak terbatas dan tidak terhingga. Namun demikian, dari kutipan teori kebenaran di atas, manusia diberikan kesempatan, bahkan diperintahkan untuk menggoreskan pena yang terdapat tinta di dalamnya, ataupun menggunakan media mutakhir lainnya, intinya manusia harus menggali ilmu dibalik alam semesta.
            Manusia memang terbatas, tetapi bukan berarti dengan keterbatasan ini tidak bisa menggenapi apa yang diharapkan oleh pencipta dirinya agar bisa berkarya dan memahami ilmu alam dengan menuliskannya. Manusia mempunyai tugas mulai sebagai wakil-Nya mengelola dan memakmurkan bumi dengan ilmu dibalik alam itu sendiri.Kesempatan ini diberikan kepada manusia agar dirinya bisa memahami, mencerdasi, dan mengeksplorasi alam serta mendokumentasikannya untuk fungsi pengajaran dan kaderisasi ilmu kepada generasi setelahnya. Setiap guratan dan goresan lintasan pikiran hasil membaca alam sekecil apapun pasti mempunyai kebermanfaatan bagi manusia lainnya. Besar dan kecil maupun banyak dan sedikitnya tulisan ilmu dibalik alam sangat berpengaruh terhadap radius jangkauan kebermanfaatan insan manusia bagi perkembangan peradaban.
            Untuk itu, marilah kita gunakan pena atau keyboard komputer yang dikaruniakan Sang Pencipta kepada manusia. Pena ini sangat berfungsi untuk mengalirkan esensi ilmu dibalik eksistensi alam semesta. Karya konkrit tulisan, gambar dan dokumentasi lainnya terkait manifestasi ilmu pada dinamika alam merupakan variable utama bagi keruntuhan dan kebangkitan sebuah peradaban. Kegelapan dan kezaliman hanya bisa dirubah menjadi cahaya dan kecerdasan oleh goresan esensi ilmu kebenaran yang tertuang dalam eksistensi kosmologi alam semesta. PENA ILMU ALAM SEMESTA, sebuah kesadaran membangun peradaban dan menjadikan ilmu sebagai panglima yang menuntun pada jalan kebenaran ciptaan Allah Tuan Semesta Alam.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar